Salah satu perempuan tangguh di Bulan Ramadan yang saya kenal adalah ibu mertua. Tak kenal lelah, beliau menjalankan ibadah wajib dan sunah di bulan yang penuh berkah ini. Puasa, salat lima waktu, salat duha, salat tarawih, hingga salat malam. Padahal beliau mengidap penyakit tiroid yang salah satu dampaknya adalah merasa haus dan lemas.
Saat pertama kali terkena penyakit tersebut pada 2014 lalu, ibadah puasa beliau sempat terganggu. Beliau bilang, tidak kuat menahan haus. Ahasil sehari puasa, sehari tidak. Namun ibadah yang lain tetap berjalan. Puasa itu pun tetap beliau ganti di bulan lain secara mencicil agar tidak begitu berat.
Meski tidak hilang total, sekarang penyakit tiroid tersebut sudah bisa dikendalikan berkat rutin berobat di salah satu rumah sakit di Malaysia.
Bolak-Balik Batam-Belakangpadang
Walaupun mengidap penyakit yang tidak bisa sembuh secara total, beliau tetap menyempatkan waktu mengurus sang ibunda yang tinggal di Pulau Belakangpadang. Beliau bolak-balik Pulau Batam-Pulau Belakangpadang, Batam, Kepualauan Riau. Satu minggu tinggal di rumahnya sendiri di Pulau Batam, satu minggu tinggal di rumah sang ibunda di Belakangpadang. Termasuk saat Ramadan.
Mandiri Secara Finansial
Ibu mertua adalah perempuan yang mandiri secara finansial. Beliau mampu mencukupi  kebutuhannya sendiri dari uang pensiun sebagai pegawai Pemerintah Kabupaten Bogor. Sehingga, saya dan suami tidak termasuk sebagai generasi sandwich.
Mampu Menyeimbangkan Peran
Hingga masa pensiun, beliau bisa membagi waktu antara peran sebagai ibu, istri, dan pegawai pemerintah. Semua nyaris berjalan seimbang. Meski katanya terkadang butuh bantuan dari orang lain, terutama saat anak-anak masih kecil.