Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Atok Sidi, Menebar Kebaikan tanpa Berharap Imbalan

26 Mei 2019   08:42 Diperbarui: 28 Mei 2019   12:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atok Sidi saat akan berangkat ke masjid untuk menjalankan shalat berjamaah. | Dokumentasi Pribadi

Namanya Sidi. Anak saya yang paling besar biasa memanggilnya dengan sebutan, "Atok Sidi". Beliau merupakan tetangga saya di salah satu perumahan di Batam, Kepulauan Riau. Ia tinggal bersama sang istri, Asadia, persis di seberang rumah.

Meski hanya berstatus sebagai tetangga depan rumah, beliau dan sang istri memiliki peranan yang cukup penting di keluarga kecil saya. Mereka sudah seperti kakek dan nenek untuk anak saya. Sosok orangtua bagi saya dan suami. Setiap saya dan suami ada kesulitan, tak segan meminta tolong pasangan suami-istri tersebut.

Saya dan suami juga tak segan menitipkan buah hati kepada mereka. Saat saya harus pergi ke luar kota selama beberapa hari karena urusan pekerjaan, saya bahkan lebih tenang bila menitipkan anak kepada mereka, dibanding mempercayakan pengasuhan hanya kepada suami.

Mereka berdua lebih telaten mengurus anak kecil. Apalagi mereka juga dulu yang membantu merawat suami dan adik ipar saat ibu mertua saya masih berstatus sebagai ibu bekerja. Hingga akhirnya, keluarga suami harus pindah ke Jakarta.

Ringan Tangan Membantu Siapa Saja
Kebaikan yang dilakukan beliau mungkin terbilang sederhana, tetapi karena dilakukan secara spontan saat dibutuhkan, jadi sangat terasa manfaatnya. Saat saya dan suami kesulitan mengantar-jemput sekolah anak kami yang paling besar, karena saya baru melahirkan, tanpa diminta beliau menawarkan diri mengantar jemput.

Bila melihat ada batu atau sampah yang tercecer di jalan sekitar rumah, buru-buru ia bersihkan. Ia bilang, khawatir sampah atau batu tersebut membahayakan pengendara. Pagi hari biasanya ada saja sampah yang tercecer, biasanya karena diacak-acak kucing atau pemulung. | Dokumentasi Pribadi
Bila melihat ada batu atau sampah yang tercecer di jalan sekitar rumah, buru-buru ia bersihkan. Ia bilang, khawatir sampah atau batu tersebut membahayakan pengendara. Pagi hari biasanya ada saja sampah yang tercecer, biasanya karena diacak-acak kucing atau pemulung. | Dokumentasi Pribadi

Ia dan sang istri tidak hanya baik kepada saya dan keluarga, tetapi juga pada tetangga yang lain. Tak heran ia menjadi sosok yang lumayan penting di lingkungan tempat kami tinggal. 

Saat Ramadan seperti ini, ia juga tak segan menyumbangkan sebagian rezeki untuk menyediakan makanan berbuka di masjid dekat rumah. Saat melihat sampah atau batu yang terserak di jalan dan sekiranya mengganggu pengendara, buru-buru ia bersihkan.

Menolong Tanpa Pamrih
Melihat kebaikan beliau yang begitu tulus, membuat saya dan suami kerap memberikan sejumlah uang sebagai timbal balik. Namun, sayangnya bentuk ucapan terima kasih itu selalu ditolak. Padahal kini ia tidak lagi bekerja secara tetap.

sumber: kompas.com
sumber: kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun