Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saya dan Kompas, yang Berulang Tahun ke-49

28 Juni 2014   23:29 Diperbarui: 9 September 2016   09:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14039476891303514578

[caption id="attachment_313125" align="aligncenter" width="309" caption="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Logo-kompas-biru.png"][/caption]

Perkenalan saya dengan Kompas karena kebiasaan yang tertular dari sang ayah, seorang pembaca setia Kompas. Nyaris 30 tahun lalu.

Saya ingat ayah berlangganan dua koran sekaligus, satu koran lokal bernama Pedoman Rakyat. Dan satu lagi koran nasional bernama Kompas.Pedoman Rakyat bacaan ayah di pagi hari sebelum berangkat ke kantor, sedangkan Kompas baru bisa dilahap Ayah di siang hari atau sore menunggu waktu magrib selepas pulang kerja (Kompas baru diantar pada lewat tengah hari, mesti menunggu percetakan dan pengiriman dari Jakarta).

Hampir setiap hari, pagi dan sore, saya selalu menemani ayah membaca koran di teras rumah kami yang sederhana di kota Makassar (Ujung Pandang), sambil disuguhkan kudapan dari dapur Ibu, biasanya teh hangat dan pisang goreng kesukaan ayah. Tidak sekadar menemani, namun saya ikut membaca Kompas. Meski yang saya baca hanya rubrik Olahraga. Saya sering meminta kepada ayah untuk membagi lembaran Kompas yang memuat berita Olahraga. Headline, Tajuk rencana, dan rubrik lain selalu terlewatkan, bahkan tak dilirik sedikit pun. Pokoknya, begitu dapat Kompas, saya langsung mencari dan membuka halaman bagian belakang (15) dimana rubrik olahraga tersedia.

Jika hari Jumat, saya selalu paling depan di teras rumah menunggu loper Kompasdatang. Kenapa? Karena ada Tabloid Bola gratis, sebagai sisipan Kompas. Saking senangnya, saya kadang membaca berulang-ulang. Saya sempat sedih kala Bola diedarkan terpisah pada tahun 1988. Pernah saya meminta Bola di pengantar koran tersebut, namun tak dikasih karena Bola tersebut sudah bukan gratisan, harganya sekitar Rp. 350. Saya yang belum punya duit sebesar itu akhirnya jadi berjarak dengan Bola.

Hanya sesekali ayah membelikan. Saya masih ingat Bolapertama yang dibelikan ayah bercover Mike Tyson, yang sedang di puncak kejayaan. #Jika mengingat momen-momen paling berharga dengan sang ayah tersebut, saya merasa bahagia, bersyukur, sekaligus sedih, karena momen berharga selalu saya ingin ulang. Semoga Allah SWT selalu memberika kesehatan, rahmat, menjaga dan melindungi ayah saya. Amin.

Rutinitas membaca Kompas(olahraga) akhirnya menjadi kebutuhan, bahkan ketika ayah menyekolahkan saya di Jogja. Untung saja perpustakaan sekolah saya berlangganan Kompas. Jika waktu istirahat atau lowong, saya selalu mencari Kompastersebut yang kadang dibaca juga oleh banyak siswa. Di sinilah saya mulai membaca Kompaslebih luas, lebih dalam, tidak sekedar rubrik olahraga. Pun ketika kuliah, nyaris tak pernah saya lewatkan ke perpustakaan kampus demi membaca Kompas, bahkan pegawai perpus sudah hafal betul kebutuhan saya, ada kalanya dia sengaja menyimpannya untuk saya. Kalo hari libur, saya baru membeli Kompas secara eceran.

****

Sesuai terminologi, Kompas, berfungsi menunjukkan arah, benar-benar terjadi pada saya. Bukan hal yang berlebihan bagi saya, kalo belum baca Kompas, seperti ada yag salah, seperti ada yang kurang, seperti belum komplit, seperti belum makan. Pokoknya seperti tersesat.

Kompas selalu saja memberikan saya kepuasan batin. Saya banyak mendapat informasi yang bermutu, akurat, dan netral. Kedua variabel ini mampu menepis keraguan saya terhadap banjir informasi yang makin bebas seperti sekarang ini. Kompas adalah contoh media yang mengedepankan substansi ketimbang sensasi. Bahkan saya sering amati, informasi dan analisa Kompas, kerap dijadikan acuan kebijakan pemerintah.

Sebagai seorang dosen bidang ilmu sosial, saya pun selalu memperkaya bahan pelajaran, dengan tiap hari mencari referensi tambahan dari Kompas. Saya sering memberikan contoh dan pemahaman pada mahasiswa tentang teori di kelas, berdasarkan pendekatan Kompas, khususnya berita dan ulasan ilmu Humaniora dan kependidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun