Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Guru BP Melawan Netizen

13 November 2023   15:24 Diperbarui: 13 November 2023   15:27 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.kompas.com/hype/read/2023/10/17/074)

Selain cerita yang menarik dan penggarapan yang bagus, seni peran deretan pemain sangat meyakinkan, terutama Sah Ine Febriyanti, yang berakting dengan emosi sangat kuat, melalui tatapan mata, otot wajah, dan gestur tubuh, yang menjelaskan kemarahan, keteguhan, dan keberanian sosok yang berkukuh pada kejujuran.

Film yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari bersama gadget. Betapa rumitnya hidup di era paskakebenaran saat ini, seperti yang diungkapkan Muklas, "Salah opo bener min perkoro sopo sing duwe akeh ngomong" yang artinya salah atau benar ditentukan oleh yang paling banyak orang bicara, bukan berdasarkan fakta.

Praktisi dan kritikus media Amerika Serikat, Leon Wieseltier mengemukakan selalu ada kesenjangan antara suatu inovasi dan pemahaman akan konsekuensinya. Tiap teknologi digunakan sebelum dimengerti sepenuhnya. Kita bisa mendapatkan maupun kehilangan banyak hal. Saat ini satu orang bisa bermanfaat bagi banyak orang, begitu juga sebaliknya satu orang bisa menghancurkan banyak orang. Kita hidup dalam kesenjangan itu.

Jika kita baca buku Upheaveal, Jared Diamond juga memprihatinkan kemorosotan kebajikan sosial dalam dunia digital seiring meningkatnya komunikasi daring. Orang cenderung lebih "berani' bersikap kasar dari jauh. Sesudah terbiasa bersikap kasar dari jauh, langkah selanjutnya bersikap kasar pada manusia saat tatap muka menjadi lebih mudah (342).

Film ini adalah refleksi terhadap fenomena tersebut. Setelah Penyalin Cahaya pada 2021, Budi Pekerti film panjang kedua Wregas. Keduanya menggugat kebrutalan media sosial memperlakukan seorang menjadi korban. Sudah berapa banyak orang tersiksa jiwanya mengalami perundungan. Orang-orang di media sosial tidak mengerti korban yang dirundungnya punya perasaan dan punya keluarga.

Satu pesan relevan setelah menontonnya bahwa yang kita saksikan di media sosial adalah banyak kebohongan dan kejahatan yang dilakukan dari orang-orang yang tampaknya baik.


Sekali lagi kejernihan pikiran menjadi modal utama menghadapi dunia fiksi yang kejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun