Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ajax 1995 yang Mengubah Wajah Sepak Bola Eropa

26 Mei 2020   14:09 Diperbarui: 27 Mei 2020   12:27 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuat Ajax 1995 (sumber: theguardian.com)

Sudah 25 tahun berlalu, tapi masih banyak yang bisa saya ingat tentang final Liga Champions yang digelar di Ernst Happel Stadium, Wina, Austria, pada 24 Mei 1995.

Dua tim yang menjadi finalis adalah Ajax Amsterdam (Belanda) dan AC Milan (Italia). Disebut-sebut sebagai final paling menarik perhatian karena perbedaan mencolok soal usia dan pengalaman kedua kubu. Milan yang matang ditantang pasukan anak muda Amsterdam yang membara.

Ajax yang dihuni pemain berusia rata-rata 23, barangkali skuad termuda sepanjang sejarah yang berlaga di final Piala Eropa. Sedangkan AC Milan tampil di final dengan segudang pengalaman kumpulan pemain matang berusia di atas 30. Setahun sebelumnya anak asuh Fabio Capello menghancurkan Barcelona 4-0 di final 1994 yang disebut-sebut penampilan terhebat satu tim di final.

Namun di Wina, Milan tak berkutik oleh anak muda yang kreatif dan sangat cepat. Franco Baresi, Paolo Maldini, Zvonimir Boban, dan Danielle Massaro kehilangan orientasi permainan, sama sekali tak berkembang. Mereka kalah segalanya malam itu.

Ajax dilatih pelatih muda (saat itu), Aloyius Louis Van Gaal, menang 1-0 melaui gol pemain 'anak bawang' Patrick Kluivert pada menit ke-85. Kluivert tampil sebagai pencetak gol penentu dari bangku cadangan menggantikan Jari Litmanen pada menir ke-70.

Gol bersejarah itu dimulai dari pergerakan Marc Overmars mengumpan pada Clarence Seedorf yang kemudian meneruskan bola ke Frank Rijkard-satu dari dua pemain senior Ajax. Rijkard kemudian mengumpan pelan kepada Kluivert di depan kerumunan pemain.

Kunci gol ini adalah kontrol brilian Kluivert, yang membuat bola bergulir menerobos masuk ke kotak penalti Milan melewati penjagaan barisan bek berkelas dunia: Baresi, Costacurta, Paolo Maldini, yang tampaknya sudah letih di pengujung laga. Kluivert yang masih segar tetap kokoh menjaga keseimbangan meski didorong Boban. 

Dengan insting tajam dan kakinya yang panjang, Kluivert menyodok bola yang kemudian bergulir pelan melewati jangkauan Kiper Sebastiano Rossi. Ia mencetak gol tunggal sebagai pemain pengganti di partai besar melumpuhkan raksasa Eropa, saat berusia 18.

Perjalanan Ajax nyaris sempurna musim itu. Mereka mempertahankan gelar liga Eredivise dengan musim tanpa terkalahkan. Sementara di Eropa penampilan mereka sensasional. Sebelumnya telah mengalahkan Milan dua kali di babak grup, dan menghancurkan Bayern Munchen 5-2 di semifinal.

Ajax beruntung memiliki Rijkard yang pulang dari Milan pada 1993, bersama kapten Danny Blind, ia memimpin dan memandu anak-anak muda Amsterdam bagaimana tampil di final akbar dan berhadapan dengan klub seperti Milan.

Kesuksesan Ajax dinilai pakar bola mengubah wajah sepak bola yang kita saksikan dewasa ini. Ajax menghentikan dominasi AC Milan di Eropa di bawah Manager Fabio Capello-sebelumnya era Arrigho Sachhi. Mengakhiri 10 tahun perjalanan hebat Il Rossonerri sebagai The Dream Team.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun