Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negara Sukses dan Negara Gagal

10 September 2019   10:45 Diperbarui: 3 Desember 2019   19:47 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Mengapa Negara Gagal (Why Nation Fail), dokumen pibadi.

Daren Acemoglu adalah Profesor Ilmu Ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology, dan James A Robinson merupakan pakar politik dan Profesor Ilmu Pemerintahan Harvard University, telah berduet menulis Mengapa Negara Gagal (Why Nation Fail), Asal Mula Kekuasaan, Kemakmuran, dan Kemiskinan. Buku penting yang sangat mencerahkan.

***

Mengapa ada negara sukses dan mengapa pula ada negara gagal ? merupakan tesis utama buku ini. Daren Acemoglu dan James Robinson dengan telaten menyajikan gambaran-gambaran realitas mengenai kemiskinan, ketimpangan, dan konflik-konflik masih muncul hingga sekarang.

Daren dan Robinson membuka buku mengenai perbandingan telak di distrik Nogales, yang terbelah pagar pembatas. Di utara Nogales Arizona, merupakan negara Amerika Serikat. Sedangkan di bagian selatan adalah Nogales Sonora, merupakan bagian negara Meksiko. Walaupun mereka sama dari segi suku, ras, agama, etnik, dan budaya, kualitas kehidupan mereka sungguh berbeda.

Masyarakat Nogales Arizona beruntung dengan pelayanan kesehatan, pendidikan, keamanan, dan berbagai pelayanan kebutuhan hidup yang memadai. Masyarakat Nogales Arizona paham bahwa pemerintah mereka bekerja baik dalam sistem yang kuat. Sebaliknya menimpa masyarakat Nogales Sonora, sebagian warganya tidak mendapatkan pendidikan tingkat menengah. Kejahatan tinggi, kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, jalan-jalan memperihatinkan. Perbedaan mencolok tersebut dapat dijelaskan dengan sederhana bahwa yang paling menentukan adalah kerja pemerintahan melalui  institusi inklusif.

Daren dan Robinson meyakinkan kita dengan banyak temuan menarik, sehingga hipotesis-hipotesis geografi dan budaya, yang menyebabkan kesenjangan, telah usang. Kalaupun masih mengandung kebenaran sulit digunakan untuk menjelaskan di zaman modern.

Contoh paling menarik selain Nogales adalah Korea. Korea Utara dan Selatan memiliki kesamaan geografi dan budaya. Namun Korea Selatan merupakan kelompok negara terkaya dan Korea Utara sebaliknya, merupakan kelompok negara termiskin di dunia berdasarkan pendapatan per kapita penduduk.

Lalu bisakah hipotesis kebudayaan memahami kesenjangan ? pada umumnya adalah tidak. Aspek-aspek kebudayaan yang kerap kali sangat ditonjolkan seperti agama, etos, kepercayaan, tidak begitu relevan untuk menjelaskan mengapa kesenjangan bisa terjadi dan sulit diatasi.

Kebudayaan benua Afrika bisa menjadi contoh bagaimana hipotesis kebudayaan menyebabkan kesenjangan, bisa dipatahkan oleh temuan Daren dan Robinson. Botswana berhasil keluar dari petaka negara gagal seperti Zimbabwe, Kongo, dan Sierra Leone, yang masih dirundung kelaparan, perang saudara, dan kekerasan separatisme. Sekali lagi, gagal atau berhasilnya pembangunan di suatu negara sangat ditentukan oleh fungsi dan mekanisme institusi di negara tersebut.

Pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran selalu berawal dari institusi ekonomi dan politik inklusif. Sebaliknya, politik ekstraktif bersinergi dengan institusi ekstraktif akan memusatkan kekuasaan di tangan sekelompok elite politik, yang cenderung mempertahankan dan membangun institusi ekonomi ekstraktif dengan memanfaatkan segala sumber daya demi mempertahankan kekuasaan politik.

Seharusnya tidak ada lagi negara miskin yang membuatnya menjadi negara gagal. Ketidakpuasan rakyat berakar pada masalah kemiskinan, disebabkan oleh minimnya hak-hak politik rakyat. Tidak memungkinkan warga negara untuk mengoptimalkan talenta, ambisi, kecerdasan, dan kualifikasi pendidikan mereka. Padahal mereka kemungkinan punya manusia bertalenta seperti Bill Gates, bahkan mungkin ada satu atau dua Albert Einstein berikutnya, yang terpaksa bekerja sebagai petani miskin tanpa pendidikan, yang dipaksa melakukan apa yang tidak mereka inginkan. Yang menentukan adalah proses pengambilan keputusan, siapa yang merancangnya, dan mengapa mengambil pilihan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun