Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia 2014, Final Klasik di Atas Derita Tuan Rumah dan Juara Bertahan (Kilas Balik-6)

14 Juni 2018   13:47 Diperbarui: 16 September 2019   22:43 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber foto: www.fifa.com/worldcup)

Piala Dunia 2014 edisi ke-20 digelar di Brasil, negara dengan budaya sepak bola yang sudah mendarah daging bagi setiap masyarakatnya. Tim Selecao, difavoritkan meraih trofi ke-6, bukan hanya karena mereka berstatus tuan rumah, bukan juga hanya karena dilatih oleh pelatih berpengalaman, Felipe Scolarie. Brasil memiliki materi pemain dengan talenta-talenta tinggi.

Pada mulanya, deretan pertandingan yang tersaji membuktikan bahwa Brasil adalah Piala Dunia paling kejam bagi tim Eropa. Lihat saja, lebih dari separuh wakil Eropa rontok sebelum putaran II. Tak tanggung-tanggung, Spanyol, juara bertahan tampil memalukan dan sangat menderita. La Furia Roja hancur dicabik-cabik oleh Belanda, 1-5.

Italia dan Inggris dengan gemerlap liganya, pulang membawa luka dari grup yang sama. Dua raksasa juara dunia itu takluk dari negara kurcaci Kosta Rika. Portugal juga melempem meski  membawa Cristiano Ronaldo, pemain Ballon d'or yang mewujudkan gelar Decima bagi Real Madrid. Mega bintang hanya membuat sebiji gol, kalah bersaing dengan rival, Jerman dan Amerika Serikat, di penyisihan.

Namun tak ada tim paling menderita selain sang tuan rumah Brasil. Dua kali menjadi tuan rumah, dua kali pula seluruh orang Brasil merasakan kehancuran dan menanggung aib dalam waktu yang sangat panjang.

Tragedi Maracanazo yang terus menghantui selama 64 tahun mungkin bisa ditutup dan mulai dilupakan, namun ironisnya tragedi itu digantikan dengan bencana sepak bola paling kelam bagi negara pemegang lima Piala Dunia. Orang akan menyebutnya Mineirazo, merujuk kota kekalahan telak 1-7 dari Jerman. Tentu Mineirazo akan terus melukai seluruh Brasil dalam rentang waktu yang sangat panjang.

"Jangan pernah lagi ada Piala Dunia di Brasil", begitu kata banyak penduduk Brasil.

Final Klasik

Jerman versus Argentina adalah sebuah final klasik yang sangat dinanti-nanti. Ambisi, gengsi, prestise, dan mungkin saja dendam sudah mengawali duel bersejarah di Rio de Jeneiro sebelum pertarungan itu berlangsung.

Ini final yang sama persis dengan Piala Dunia 1986 dan 1990. Dua laga puncak dengan dua drama berbeda itu begitu mudah diingat penggemar sepak bola karena tokoh utamanya adalah Diego Armando Maradona.

Piala Dunia 2014 the greatest on earth, akhirnya dimenangi the greatest team, Jerman. Gol extra time Mario Goetze, menyudahi perlawanan alot Argentina di Estadio Maracana, kuil sepak bola Brasil. Jerman berhak menuliskan namanya di dasar trofi Piala Dunia.

Para pendukung pun berteriak "Germany Weltmeister", Jerman Juara Dunia. Super star Lionel Messi,  tak dapat menyembunyikan wajah pedih setelah gagal menyamai sukses Maradona 28 tahun sebelumnya. Gelar individu best player tak bisa menghiburnya sedikit pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun