Kalau ada planet di zona itu, dan air bisa bertahan dalam tiga wujud tersebut, maka kemungkinan besar kehidupan bisa berkembang di sana. Bukan tidak mungkin, di antara 20 miliar kandidat itu, ada satu dua planet yang dihuni makhluk cerdas seperti kita... atau bahkan lebih canggih dari kita.
Artinya, coba bayangkan: dari sekitar 400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti, jika 5%-nya saja memiliki karakteristik yang layak yakni bintang stabil yang memiliki planet di zona layak huni (Goldilocks Zone) itu berarti ada sekitar 20 miliar bintang yang berpotensi menopang kehidupan. Kalau kita kurangi lagi secara konservatif, anggap saja hanya separuhnya yang benar-benar punya planet yang cocok, berarti kita punya 10 miliar planet di galaksi kita saja yang kemungkinan besar bisa dihuni.
Dan itu baru satu galaksi Bima Sakti. Padahal, menurut observasi dari Teleskop Hubble dan yang terbaru dari James Webb Space Telescope, diperkirakan ada lebih dari 2 triliun galaksi di alam semesta (NASA, 2016). Jadi secara statistik, peluang bahwa kita sendirian di alam semesta ini sangat kecil.
Nah, sekarang mari kita lihat tata surya kita sendiri. Bumi memang berada tepat di zona Goldilocks: tidak terlalu dekat dengan matahari hingga mendidih, tidak terlalu jauh hingga membeku. Tapi jangan lupa, Mars juga termasuk di zona Goldilocks, meski berada di pinggirannya. Itulah sebabnya Mars menjadi target utama pencarian kehidupan selain bumi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Mars dulunya memiliki atmosfer yang lebih tebal, air dalam bentuk cair, dan bahkan mungkin lautan dangkal. Jika kita mundur sekitar 1–2 miliar tahun ke belakang, sangat mungkin Mars pernah memiliki kehidupan mikroba. Bahkan, ada teori yang menyatakan bahwa sebagian kehidupan di bumi bisa jadi berasal dari Mars. Ini dikenal sebagai hipotesis panspermia, yang didukung oleh temuan meteorit Mars (seperti ALH84001) yang jatuh ke bumi dan mengandung struktur mirip fosil mikroba.
Ini bukan fiksi ilmiah ini teori yang benar-benar dibahas dalam sains modern. Misalnya, dalam jurnal Science tahun 1996, para ilmuwan NASA sempat mempublikasikan bukti kemungkinan jejak kehidupan mikroba dalam meteorit tersebut (McKay et al., 1996).
Jadi, kalau pertanyaannya adalah: Apakah makhluk luar angkasa itu ada? Maka jawabannya:
Secara rasional: sangat mungkin ada.
Secara empiris: sejauh ini belum ada bukti langsung yang bisa diverifikasi.
Sebuah foto, video, dan kesaksian tentang alien atau piring terbang yang beredar di internet hingga kini belum ada yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Beberapa di antaranya terbukti hoaks, rekayasa, atau salah tafsir.