Walaupun hanya sebuah puisi atau karya tulis, seharusnya perlu diperhatikan lagi kata-kata yang akan kita sampaikan dalam tulisan maupun ucapan. Ambil pelajaran dari kejadian sebelumnya, mantan gubernur Jakarta berpidato yang dinilai menista agama.
Masyarakat saat ini juga sangat sensitif dengan hal-hal yang berbau agama, ras, dan suku. Bukankah kita harus toleransi? Tapi, apakah perlu menjatuhkan satu sama lain?
Dengan kejadian yang berulang ini, kita seharusnya introspeksi jangan hanya menyalahkan satu pihak. Benahi diri kita serta apa yang dianggap salah oleh sebagian orang. Misal, benarkah suara azan tidak merdu? Di daerah terpencil, bahkan di perkotaan mungkin ada orang yang sering mengumandangkan azan padahal usianya sudah tidak muda lagi. Tapi, ia harus mengumandangan panggilan ibadah ini karena tidak adanya anak muda yang ingin mengumandangkan azan.
Atau juga, kita sering menyindir seseorang lewat tulisan atau sebagainya. Padahal, belum tentu diri kita sudah sebaik yang lain.
Cobalah kita sebagai masyarakat berpikir dengan sudut pandang di kedua belah pihak. Dan jadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang berpikiran positif dan berperilaku baik agar tercerminnya masyarakat yang rukun walaupun berbeda-beda.