Mohon tunggu...
Cristina Elysabeth
Cristina Elysabeth Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Never stop learning because life never stops teaching!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memahami dan Mengurangi Kesulitan yang Dihadapi oleh Minoritas dalam Organisasi

10 Agustus 2021   16:44 Diperbarui: 10 Agustus 2021   17:24 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Challenges Minorities Face | Source: upr.org

Menciptakan lingkungan yang inklusif di mana semua individu merasa dihormati, dihargai, dan mampu mengembangkan bakat unik mereka adalah hal yang cukup sulit dilakukan. Kebanyakan orang, termasuk para pemimpin, memiliki kecenderungan alami terhadap etnosentrisme, yang mengacu pada keyakinan bahwa budaya dan subkultur sendiri secara inheren lebih unggul daripada budaya lain. 

Penelitian terbaru oleh profesor psikologi Harvard Mahzarin Banaji menunjukkan bahwa otak manusia tampaknya terprogram untuk mengkategorikan orang berdasarkan ras dalam seperlima detik pertama setelah melihat wajahnya. Studi Banaji menunjukkan bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang mendarah daging terhadap bias rasial, bahkan jika mereka tidak menyadari dan bahkan tidak menyetujui bias tersebut. 

Studi lain oleh psikolog sosial juga menunjukkan bahwa ada kecenderungan alami di antara manusia untuk mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dan merasa agak antagonis dan diskriminatif terhadap kelompok lain.

Sudut pandang etnosentris, dan seperangkat asumsi dan praktik budaya standar menciptakan sejumlah tantangan bagi karyawan dan pemimpin minoritas. Sebagai seorang pemimpin, Anda bisa melawan sikap etnosentris. Anda dapat menciptakan lingkungan di mana orang menghargai beragam cara berpikir, berpakaian, atau berperilaku, dan Anda dapat membantu meruntuhkan prasangka, stereotip, dan glass ceiling.

Minoritas sering menghadapi diskriminasi dan pengucilan, dan mereka berjuang untuk mendapatkan akses ke hak asasi mereka, bahkan dalam kondisi kewarganegaraan penuh dan tidak dipertanyakan.  Menyangkal atau mencabut kewarganegaraan mereka dapat menjadi metode yang efektif untuk memperparah kerentanan mereka, dan bahkan dapat menyebabkan pengusiran massal. 

Anggota kelompok minoritas sering menghadapi diskriminasi di berbagai bidang kehidupan sosial, termasuk perumahan, pekerjaan, kesehatan, dan pendidikan, dan lainnya. Hak minoritas meliputi perlindungan keberadaan, perlindungan dari diskriminasi dan penganiayaan, perlindungan dan promosi identitas, dan partisipasi dalam kehidupan politik. 

Berikut beberapa tantangan keragaman budaya di tempat kerja:

1. Rekan-rekan dari beberapa budaya mungkin cenderung tidak membiarkan suara mereka didengar.

2. Integrasi lintas tim multikultural dapat menjadi sulit dalam menghadapi prasangka atau stereotip budaya yang negatif.

3. Komunikasi profesional dapat disalahartikan atau sulit dipahami lintas bahasa dan budaya.

4. Pemahaman yang berbeda tentang etiket profesional.

5. Gaya kerja yang saling bertentangan di seluruh tim.

Pemimpin minoritas menghadapi masalah di tempat kerja yang tidak dialami oleh pemimpin kulit putih termasuk kurangnya dukungan, diskriminasi, rasisme, dan stereotip. Para pemimpin saat ini menghadapi tantangan yang signifikan memimpin orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri. Langkah pertama untuk memimpin orang-orang yang beragam adalah memahami kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang yang tidak cocok. Hal ini termasuk prasangka, stereotip, diskriminasi, dan glass ceiling (Richard L. Daft 2018, 351).

Salah satu masalah yang signifikan di banyak organisasi adalah prasangka, yaitu perasaan atau opini yang merugikan yang terbentuk tanpa memperhatikan fakta. Orang yang berprasangka cenderung memandang mereka yang berbeda sebagai kekurangan. 

Salah satu aspek prasangka adalah stereotip. Stereotip adalah keyakinan atau citra yang kaku, berlebihan, irasional, dan biasanya negatif yang terkait dengan sekelompok orang tertentu. Ketika seorang pemimpin dan perusahaan bertindak dengan sikap merugikan terhadap orang-orang yang menjadi sasaran prasangka mereka, diskriminasi terjadi. 

Glass ceiling adalah penghalang tak terlihat yang memisahkan perempuan dan minoritas dari posisi kepemimpinan puncak. 

Lima puluh lima persen wanita eksekutif yang disurvei oleh Catalyst mengatakan bahwa mereka bercita-cita menjadi pemimpin senior. Kerugian terbesar bagi pemimpin perempuan sebagian besar berasal dari sikap merugikan dan budaya perusahaan yang sangat berorientasi pada laki-laki. Organisasi lain juga mencari cara untuk membantu perempuan dan minoritas berhasil dalam posisi kepemimpinan.

Sebagai seorang pemimpin, Anda dapat menghargai perbedaan di antara orang-orang tetapi menghilangkan stereotip dan sikap yang merugikan. Anda dapat menghindari diskriminasi dan memandang perbedaan di antara orang-orang sebagai hal yang positif atau netral.

Wellness entrepreneur Natasha Stromberg notes:

When we're in an 'out-group,' we question why we're 'out' and we doubt ourselves. Social exclusion -- no matter how subtle -- is devastating to the human psyche.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun