Mohon tunggu...
Girindra Sandino
Girindra Sandino Mohon Tunggu... Penulis Bebas

Berimajinasi, menulis, dan abadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pangeran Wirakusumah II, Dari Banjar Dibuang Kolonial Ke Cianjur

23 September 2025   12:04 Diperbarui: 23 September 2025   12:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendati demikian, untuk memastikan perlawanan tidak akan bangkit kembali, Belanda menerapkan strategi yang lebih kejam: dekapitasi politik. Dengan mengasingkan tidak hanya pemimpin utama, tetapi juga figur-figur penting dari garis keturunan yang sah, seperti Pangeran Wirakusumah dan putranya, Belanda berupaya secara permanen memutus mata rantai kepemimpinan dari Kesultanan Banjar.

Tindakan ini bertujuan untuk menghancurkan semangat perlawanan dari akarnya dan mencegah munculnya figur-figur baru yang dapat menyatukan kembali rakyat.

Alasan Pengasingan

Alasan utama di balik pengasingan ini adalah upaya Belanda untuk menguasai secara penuh Kesultanan Banjar yang kaya akan sumber daya alam, khususnya batu bara. Sumber daya ini menjadi komoditas strategis pada masa revolusi industri.

Campur tangan dalam urusan internal kerajaan, seperti penunjukan pemimpin, adalah taktik Belanda untuk memastikan akses mereka ke pertambangan batu bara tetap aman dan tidak terganggu.

Pengasingan para bangsawan terkemuka, termasuk Pangeran Wirakusumah, Pangeran Hidayatullah, dan Pangeran Prabu Anom , adalah bagian dari strategi "pecah belah" (divide et impera) yang bertujuan untuk melemahkan perlawanan.

Dengan membuang para pemimpin ke tempat yang jauh dan terpencil, Belanda berharap dapat mengisolasi mereka dari rakyat dan para pejuang, sehingga perlawanan menjadi tidak terorganisir dan mudah dipadamkan.

Realitasnya, meskipun perjuangan terhenti secara periodik pada tahun 1865, perlawanan rakyat terus berlanjut hingga tahun 1905, menunjukkan bahwa semangat perjuangan tidak sepenuhnya padam.

Pengasingan di Tanah Pasundan

Pangeran Wirakusumah wafat di Cianjur pada 6 Juni 1901 pada usia antara 74 hingga 82 tahun. Beliau menghembuskan napas terakhirnya di tanah pengasingan, hampir empat dekade setelah ditawan oleh Belanda. Meskipun hidup jauh dari tanah kelahirannya, beliau tetap dikenang sebagai pahlawan perjuangan.

Keberadaannya di Cianjur tidak tercatat secara rinci dalam sumber yang ada, namun dapat disimpulkan bahwa beliau menjalani kehidupan yang terkekang di bawah pengawasan ketat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun