Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Ancaman AI Bagi Buruh, dan Jurus Selamat ala Menaker Yassierli

1 Oktober 2025   10:52 Diperbarui: 1 Oktober 2025   10:52 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robot menggantikan peran pekerja manusia jadi simbol nyata ancaman AI di dunia kerja modern. (Sumber: studyfinds)

Perubahan dunia kerja hari ini terasa jauh lebih cepat dibanding beberapa dekade lalu. Kalau dulu buruh atau pekerja hanya khawatir soal upah, PHK, atau kondisi kerja, kini ada tantangan baru yang jauh lebih besar: kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Teknologi ini bukan lagi sekadar wacana futuristik, tapi sudah pelan-pelan mengambil alih banyak tugas manusia. Mulai dari administrasi sederhana, pengolahan data, sampai desain dan konten kreatif, semua bisa dilakukan mesin.

Bagi buruh Indonesia yang mayoritas lulusan SMK, tantangan ini terasa nyata. Bayangkan, penelitian memperkirakan hampir 50 persen pekerjaan saat ini tidak akan relevan dalam 10 tahun ke depan. Artinya, pekerjaan yang kita lihat sehari-hari bisa saja hilang atau berubah drastis sebelum kita sempat menyiapkan diri.

Lalu, apa kabar tenaga kerja kita yang sebagian besar masih mengandalkan keterampilan tradisional? Inilah yang jadi sorotan Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, dalam berbagai forum. Ia terang-terangan bilang bahwa tanpa strategi khusus, jutaan buruh bisa tergilas oleh gelombang teknologi.

Jurus Selamat: Reskilling dan Upskilling

Menaker Yassierli menyebut jurus selamat utama buruh menghadapi AI adalah dua kata kunci: reskilling (melatih ulang) dan upskilling (meningkatkan keterampilan). Hal itu disampaikannya dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) NU.

Kenapa ini penting? Karena sebagian besar keterampilan yang dimiliki pekerja sekarang tidak cukup untuk menghadapi era ekonomi berbasis IT, ekonomi hijau, ekonomi kreatif, sampai ekonomi perawatan. Misalnya, seorang operator mesin di pabrik harus mulai belajar menggunakan sistem berbasis sensor dan komputer. Atau seorang admin di kantor tidak cukup hanya menguasai Excel, tapi harus paham analitik data dan sistem otomatisasi.

Di sinilah pemerintah berupaya keras menyediakan pelatihan yang relevan. Balai latihan kerja (BLK) sedang didorong berubah menjadi pusat pendidikan keterampilan masa depan. Peserta tidak hanya belajar keterampilan teknis, tapi juga mendapatkan sertifikasi agar kompetensinya diakui industri. Dengan begitu, buruh tidak hanya sekadar “bertahan”, tapi juga punya daya tawar di pasar kerja baru.

Namun, skill saja tidak cukup. AI juga memunculkan bentuk pekerjaan baru yang tidak jelas regulasinya, seperti pekerja platform atau gig economy. Para driver ojek online, kurir, hingga pekerja freelance digital seringkali berada di wilayah abu-abu: mereka bekerja keras, tapi status hukumnya tidak sekuat pekerja formal.

Di sinilah pemerintah sedang menyiapkan undang-undang baru, termasuk untuk pekerja rumah tangga dan pekerja platform. Menaker Yassierli menekankan bahwa perlindungan hukum tidak boleh hanya berlaku bagi pekerja kantoran atau pabrik, tapi juga bagi mereka yang menopang keseharian kita lewat jasa digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun