Film ini juga bicara soal budaya. Dalam banyak masyarakat, khususnya yang berakar kuat pada nilai-nilai timur dan religius, sukses seorang anak adalah kebanggaan bagi keluarga. Hanan menyadari hal ini dan menjadikan pencapaiannya sebagai persembahan terakhir - penghormatan yang tak bisa dibungkus bunga atau ditulis dalam ucapan. Ia memilih menjalani hidup bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk ayahnya yang telah tiada.
Dan mungkin itu yang membuat film ini begitu mengena. Ia tidak menggurui. Ia hanya mengajak kita untuk melihat ulang cara kita mencintai dan dicintai. Bahwa hubungan dengan orang tua bukanlah tentang kesempurnaan, tapi tentang proses saling memahami di tengah keterbatasan. Bahwa perhatian yang mengganggu hari ini, bisa jadi adalah hal yang paling kita rindukan esok.
Karena pada akhirnya, seperti yang dikatakan Hanan:
“Kesuksesan ini adalah cara saya menyembuhkan rindu yang tak bisa saya kirimkan.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI