Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Air Mata di Ujung Sajadah: Bukti Ketulusan Cinta Seorang Ibu

12 April 2024   00:30 Diperbarui: 12 April 2024   00:43 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Official Poster Air Mata di Ujung Sajadah. BP dan MBK Production. Ist

Hari kedua lebaran memang paling seru dihabiskan untuk menyenangkan diri. Setelah seharian bersilaturahmi kepada sanak-saudara terdekat di hari pertama - waktu untuk diri sendiri atau yang biasa orang bilang "me time" akhirnya tiba di hari berikutnya.

Setelah kemarin tidak sengaja melihat iklan di televisi, bahwasanya salah satu daftar tunggu film yang ingin aku tonton akhirnya tayang perdana di layar kaca. Sejak kemarin memang sudah pasang pengingat di telepon genggam -- sepuluh menit sebelum film dimulai, agar bisa menyaksikan sejak awal.

Film Air Mata di Ujung Sajadah merupakan salah satu film yang ingin aku tonton sejak pertama kali melihat teaser dan trailernya di media sosial. Selain judul film yang menarik, juga ada pemerannya yang aku suka, seperti; Titi Kamal dan Wan Faqih Alaydrus. Sayangnya, hingga waktu tayang film ini habis, aku belum sempat menyaksikannya secara langsung, hanya bisa melihat komentar para warganet dan pengulas film.

Film ini mengusung tema drama keluarga, merupakan garapan Sutradara Key Mangunsong dan diproduksi oleh Beehave Pictures yang bekerjasama dengan Multi Buana Kreasindo Production. Berkisah tentang seorang ibu yang dipisahkan dari anaknya sejak dilahirkan, dan setelah ia tahu bahwa anaknya masih hidup, ia menginginkan anaknya kembali setelah dirawat bertahun-tahun oleh orang tua asuh.

Sinopsis

Aqilla (Titi Kamal) melahirkan bayi dari pernikahannya dengan Arfan (Krisjiana Baharudin) yang tidak direstui oleh Halimah (Tutie Kirana), ibunya. Setelah suami Aqilla meninggal karena kecelakaan, Halimah membohongi Aqilla bahwa bayinya meninggal ketika dilahirkan. Tanpa sepengetahuan Aqilla, Halimah memberikan cucunya kepada pasangan yang sudah lama menikah namun belum punya anak, yakni pasangan Arif (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana). Bayi itu dinamai Baskara, artinya: cahaya. Sesuai namanya, kehadiran Baskara (Faqih Alaydrus) membawa kebahagiaan bagi seisi rumah keluarga Arif dan Yumna.

Tujuh tahun kemudian, Aqilla mengetahui bahwa anaknya masih hidup. Dia bertolak dari kehidupannya yang hampa di London untuk menjemput masa depan barunya. Akankah Aqilla tega merenggut Baskara dari Yumna yang sudah merawat dan membesarkannya selama bertahun-tahun? Sementara itu Yumna merasa bersalah karena telah mencuri satu-satunya kebahagiaan Aqilla. Siapakah yang lebih berhak menjadi ibu Baskara?

Official Poster Air Mata di Ujung Sajadah. BP dan MBK Production. Ist
Official Poster Air Mata di Ujung Sajadah. BP dan MBK Production. Ist

Alur Film

Cerita film ini dibuka dengan Aqilla, seorang desainer interior yang menikah dengan Arfan, namun pernikahan mereka tidak direstui oleh Ibunya Aqilla. Saat hamil besar, Arfan kecelakaan yang mengakibatkan ia meninggal dunia. Sebab pernikahan sang anak tidak direstuinya, saat Aqilla melahirkan -- anaknya diberikan Bu Halimah (Ibunya Aqilla) kepada sepasang suami-istri yang sudah lama mendambakan  seorang anak di kehidupan mereka. Bu Halimah mengatakan jika anaknya Aqilla meninggal saat dilahirkan.

Merasa hidupnya sepi akibat kenangan masa lalu, akhirnya Aqilla merantau ke Eropa, berkarier di sana. Hingga tujuh tahun berlalu akhirnya kebohongan yang dibangun oleh Bu Halimah terpecahkan, Aqilla akhirnya tahu jika buah hatinya ternyata masih hidup, ia bernama Baskara dan dibesarkan oleh Arif dan Yumna di Solo.

Setelah tahu hal itu, Aqilla bergegas menuju Solo untuk mendapatkan anaknya kembali. Baginya Baskara adalah harapan dan masa depan usai menghabiskan tujuh tahun penuh kesepian. Ia sangat ingin kembali dekat dan hidup bersama darah dagingnya. Namun, Aqilla harus menghadapi dilema besar yang menimbulkan perasaan gundah di hatinya.

Kerisauan itu tidak lepas dari keberadaan Arif dan Yumna yang telah merawat Baskara dengan sepenuh hati, serta tidak pernah pamrih layaknya orang tua kandung. Aqilla juga tidak enak hati dengan Eyang Murni (Jenny Rachman) yang mendambakan seorang cucu. Kegaduhan juga muncul di hati Arif dan Yumna, mereka merasa bersalah jika bersikukuh mempertahankan satu-satunya kebahagiaan Aqilla.

Sepanjang berjalannya cerita, ada banyak bagian yang meluluhkan hati -- mengobrak-abrik tembok keras hati yang mengakibatkan air mata berderai jatuh tak terasa. Adegan demi adegan yang diperankan benar-benar terasa bagiku yang menyaksikan film ini. Bagaimana tulus dan besarnya cinta seorang ibu kepada anaknya.

Meski diriku seorang lelaki, namun hati tidak bisa berbohong terkait hal itu. Aku juga bisa merasakan bagaimana terlukanya hati seorang ibu yang dijauhkan dari buah hatinya secara bertahun-tahun, apalagi sejak ia melahirkan sama sekali tidak menyentuh dan mendengar suara dari darah dagingnya.

Terlebih saat menyaksikan adegan ketika Aqilla berdialog dengan Eyang Murni, ia mengatakan; "Saya tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mendoakan saat dia lahir, mendengar kata pertama yang diucapkan, melihat langkah pertamanya, dan mengantar di hari pertama dia sekolah." Seketika air mata tidak bisa dibendung, pecah tangis ikut mengiringi jalannya film hingga usai. Kesempatan-kesempatan sekali seumur hidup tersebut adalah impian semua ibu-ibu di dunia ini.

Dari film ini kita belajar, bahwa bagaimanapun cinta dan ketulusan seorang ibu tidak pernah lekang oleh waktu. Jangankan ibu kandungnya, ibu asuhnya saja yang bertahun-tahun merawat dan menjaga sedari kecil saja bisa merasakan hal demikian. Lantas, masih pantaskah kita seorang anak berlagak paling besar dihadapan ibu kita dengan pencapaian-pencapaian yang kita gapai hingga saat ini?

4,8 dari 5,0 untuk nilai kualitas dan produksi film Air Mata di Ujung Sajadah dengan total durasi 105 menit ini. Nah, bagi pembaca yang belum nonton, film ini masih bisa kalian saksikan secara streaming di Netflix ya.

Baca juga: Menyingkap Dunia Malam Dari Novel Re dan peRempuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun