Mohon tunggu...
Jefri Suprapto Panjaitan
Jefri Suprapto Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pecandu kenangan, penikmat masalalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pabrik Tempat Ayahku Bekerja

13 Maret 2023   10:45 Diperbarui: 31 Maret 2023   00:15 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Ayah Bekerja. (sumber: pixabay.com/wondermar)

Siang itu tidak seperti biasanya, ribuan burung berhamburan dari arah hutan. Entah kemana dan apa yang membuat mereka terlihat mengepakkan kedua sayapnya tanpa irama.

Tidak seperti yang biasa mereka lakukan setiap hari ketika mengelilingi sudut-sudut hutan. Terbang tanpa arah, menjauhkan diri dari rumah tempat biasa mereka bermain dan bersenang-senang.

Tepat di bawah ribuan burung yang terbang tanpa arah, ratusan ekor monyet melompat dari dahan pohon yang satu ke pohon yang lain. 

Mereka tampak terburu-buru, tak mempedulikan dahan kayu kering atau basah yang menjadi pegangannya. Mereka terlihat hanya ingin menjauh dari tengah hutan Sama seperti ribuan burung tadi.

Tepat di bawah ratusan monyet yang melompat ketakutan dari satu pohon ke pohon lainnya. Mereka yang tidak bisa terbang dan memanjat pohon, lari dikejar rasa takut, bergerak lincah menghindari rapatnya pohon-pohon di hutan. 

Gerombolan gajah memimpin dan membuka jalan para penghuni hutan lainnya, membelah semak belukar tebal, memastikan langkah kaki teman-temannya tak tersandung apapun.   

Rasa penasaran menguasaiku, aku berjalan melawan arus untuk memastikan apa yang terjadi di tengah hutan itu. Bergerak perlahan dari pohon ke pohon sembari menghindari para penghuni hutan yang berlari kearahku. 

Sambil berlari tanpa memperhatikan langkah, mereka sekilas menatapku, tatapannya seakan memberi isyarat ada bahaya besar disana, menyuruhku untuk tidak masuk jauh lebih dalam ke hutan. Tapi tekadku sudah bulat, aku menolak semua ajakan itu.

Belum jauh melangkah masuk ke dalam hutan, aku tertegun melihat kepulan asap hitam tebal menjulang langit, menyerupai raksasa dengan pedang api menyala di kedua tangannya. Berdiri dengan gagah sambil berteriak "akulah penguasa hutan ini". 

Seluruh badanku menggigil ketakutan mendengar teriakan itu, namun rasa penasaranku semakin besar. Aku ingin tahu dari mana asal raksasa itu dan siapa yang telah membangkitkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun