Rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ketegangan sosial dan politik di dalam negeri. Pada Jumat (29/8/2025), rupiah ditutup di level Rp16.485/US$, melemah 0,87% hanya dalam satu hari. Angka ini tercatat sebagai pelemahan terbesar sejak April 2025.
Situasi ini tidak bisa dilepaskan dari dua faktor utama. Pertama, gelombang demonstrasi yang berujung ricuh di Jakarta sejak Senin (25/8) hingga Kamis (28/8) pasca insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek online. Kedua, faktor eksternal berupa profit taking investor menjelang akhir bulan serta meningkatnya permintaan dolar untuk pembayaran impor dan utang luar negeri.
Rupiah dan Bayangan Krisis Regional
Fenomena pelemahan rupiah juga beriringan dengan tren mata uang Asia lainnya. Peso Filipina jatuh usai pemangkasan suku bunga, rupee India terpuruk ke titik terendah sepanjang sejarah, sementara yuan China justru menguat setelah kebijakan agresif dari PBOC.
Hal ini menunjukkan bahwa dinamika regional turut memperbesar tekanan terhadap rupiah, sehingga konteks global tidak bisa diabaikan.
Baca juga : DG Nusantara - Rupiah Melemah Di tengah Gelombang Demo
Stabilitas Sosial sebagai Penentu
Banyak ekonom menegaskan bahwa pelemahan rupiah bukan sekadar masalah teknis ekonomi, tetapi juga terkait erat dengan stabilitas sosial dan politik domestik. Jika kondisi sosial dapat segera dikendalikan dan kepercayaan investor kembali pulih, rupiah berpotensi menguat kembali. Sebaliknya, jika gelombang demonstrasi terus berlanjut dan menimbulkan kerusuhan, maka bayangan krisis seperti tahun 1998 bisa saja kembali menghantui.
Penutup
Dalam konteks ini, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dituntut menjaga stabilitas tidak hanya di pasar keuangan, tetapi juga di ruang publik. Rupiah bukan sekadar angka di layar perdagangan, tetapi juga cerminan rasa percaya masyarakat dan investor terhadap kondisi bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI