Mohon tunggu...
Masykur A. Baddal
Masykur A. Baddal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan Vlogger

.:: Berbagi untuk kemajuan bersama, demi kemajuan bangsa ::....\r\n\r\nApapun kegiatan anda ini solusinya : https://umatpay.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Turki Masuk Perangkap Rusia?

28 November 2015   06:33 Diperbarui: 28 November 2015   08:57 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Recep Thayeb Erdogan and BVladimer Putin (frontpagemag.com)"][/caption]Imbas penembakan Jet Tempur Rusia Su-24 oleh Jet Tempur Turki F-16 di wilayah Turki beberapa hari yang lalu, bukannya semakin mendingin, malah semakin bergulir liar kemana-mana. Hal ini semakin membuat beberapa negara di kawasan tersebut sangat khawatir. Maklum, kawasan Timur Tengah selama beberapa tahun terakhir ini sudah kenyang dengan beragam konflik berdarah. Apakah harus ditambah lagi dengan konflik senjata antara Turki dan Rusia?

Mesir, sebagai salah satu negara yang selama ini sangat getol mengkritisi berbagai langkah Presiden Turki Erdogan. Namun, berkaitan dengan masalah penembakan Jet Tempur Rusia tersebut, terlihat sangat hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan. Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Hassan Shoukry dalam konferensi persnya kemaren (27/11/2015) mengatakan, "Turki dan Rusia harus dapat menahan diri, serta menyelesaikan masalahnya melalui dialog damai. Kawasan Timur Tengah sudah sangat banyak permasalahan yang dihadapi, janganlah membuatnya semakin runyam dengan masalah baru".

Menyadari akan gentingnya masalah yang dihadapi, Presiden Turki Erdogan, setelah tujuh jam paska peristiwa penembakan tersebut, langsung mencoba menghubungi counterpartnya Presiden Rusia Putin, dengan maksud ingin memberikan klarifikasi. Siapa nyana, ternyata pihak Rusia sama sekali tidak mengindahkan panggilan telepon tersebut. Sesuai pernyataan Kremlin, Rusia hanya mau mendengar satu kata saja dari Turki yaitu "Maaf".

Di luar dugaan, ternyata Erdogan sama sekali tidak ingin mengeluarkan kata "Maaf", sebab ia yakin bahwa kesalahan tetap berada di pihak Rusia, yang telah dengan sengaja melanggar batas teritorial udara Turki. Walaupun sudah diberi peringatan sebanyak 10 kali, tapi tetap tidak mengindahkannya.

Sebaliknya, jika Erdogan sampai mengucapkan kata "Maaf", maka sekenario berikutpun bakal sangat mungkin akan dilakukan Rusia.

Pertama: Dengan memanfaatkan situasi ketegangan tersebut, Rusia akan memperkuat kehadiran militernya di Suriah yang menjadi anak emasnya selama ini. Putin akan allout memanfaatkan secara maksimal insiden penembakan pesawat SU-24, sebagai momentum menguatkan eksistensinya kembali di Suriah. Sebagai contoh, dengan menambah jumlah pesawat tempur menjadi 60 unit atau lebih, dari hanya sekitar 50 unit pada awal intervensinya 30 September 2015 lalu. Begitu juga otomatis akan terjadi penambahan personil tempur dua kali lipat dari jumlah awal yang hanya sekitar 1.600 personil. Selanjutnya, kehadiran militer Rusia di Suriah tentu akan sangat menguntungkan Rezim Assad. Di sisi lain, Turki pun tidak dapat berbuat banyak karena sebelumnya telah melayangkan kata "Maaf".

Kedua: Menutup wilayah udara Suriah dari dominasi pesawat tempur Turki adalah salah satu tujuan utama penguatan militer Rusia di Suriah. Yaitu setelah terjadinya monopoli kekuatan udara Rusia di wilayah udara Suriah. Hal ini dapat terbaca, karena pada 25 Nopember 2015 lalu, Kremlin memutuskan secara mendadak akan mengirim Sistem Pertahanan Udara S400 ke pangkalan udara Humaimim di Latakia Suriah. Saat itu secara berdiplomasi Putin mengatakan, “Pengiriman S400 ini, juga sebagai langkah awal untuk melindungi penerbangan Rusia di Suriah”. Menteri Pertahanan Rusia juga menegaskan, Battleship Rusia sudah hampir tiba di pelabuhan Latakia, dan siap menghancurkan target apapun di udara, yang dianggap mengancam pesawat-pesawat Rusia.

Ketiga: Menggagalkan total usulan pembentukan zona aman di wilayah perbatasan Suriah-Turki. Malah Rusia menginginkan wacana zona aman itu diganti dengan usulan menutup total perbatasan Turki-Suriah. Tujuan akhirnya menutup semua pintu bagi Turki untuk mengambil manfaat dari konflik di Suriah. Sebab sebelumnya, Putin berkali-kali menuding Turki menerima penjualan minyak dari ISIS, yang menyeberangi perbatasan dari Suriah ke Turki. Istilah “zona aman” awalnya diusulkan oleh Turki, guna melindungi warga Turkman (warga Suriah yang berbahasa Turki, yang bermukim di wilayah pegunungan Turkman, sampai wilayah pantai barat Suriah, di provinsi Latakia).

Nampaknya, Turki sudah dari awal dapat membaca skenario yang akan digerakkan oleh Rusia, yang akan memanfaatkan momentum jatuhnya pesawat tempur tersebut. Oleh karena itulah, Turki terlihat sangat gigih menggerakkan mesin-mesin diplomasinya supaya ketegangan antara kedua negara segera berakhir. Di antaranya adalah, dengan memanfaatkan event Summit Perubahan Iklim yang akan dilaksanakan di Paris akhir bulan ini, sebagai wadah untuk dapat berdialog empat mata dengan Putin.

Salam Damai Turki Rusia

By. Masykur A. Baddal

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun