[caption id="attachment_246821" align="aligncenter" width="434" caption="Ilustrasi. (image: yhg.co.uk)"][/caption]
By. Masykur A. Baddal – Dalam agama Islam posisi seorang tetangga pada kehidupan sosial masyarakat amatlah tinggi. Hingga Baginda Rasulullah sendiri menyangka, bahwa seorang tetangga juga berhak mendapatkan warisan dari tetangganya yang lain, sebab malaikat Jibril senantiasa mengingatkannya untuk selalu berbuat baik kepada tetangga.
Tetangga adalah orang yang paling dekat tinggal dengan kita, setelah keluarga sendiri tentunya. Sehingga, jika terjadi suatu musibah atau malapetaka, maka selain keluarga sendiri, orang yang pertama sekali mengetahuinya adalah tetangga. Sehingga dalam Islam sendiri telah memposisikan tetangga bagaikan keluarga sendiri, walaupun tidak ada hubungan darah secara genetika.
Kenyataan beberapa tahun terakhir ini selama penulis berdomisili  di daerah Bogor, seakan telah membuka nuansa baru dalam kehidupan bertetangga. Maklum, selama tinggal di Bogor penulis baru pertama sekali bertetangga dekat dengan keluarga yang berbeda keyakinan serta agama. Mereka adalah dari suku Tionghoa.
Bagi penulis sendiri, berbuat baik dengan para tetangga adalah keharusan, apalagi perbuatan mulia tersebut juga telah disunnahkan oleh Baginda Rasulullah. Jadi, selama mereka tetangga, siapapun mereka dan dari manapun mereka, keharusan berbuat baik kepada tetangga tetap harus dilaksanakan tanpa pandang bulu.
Sejak kami bertetangga, keluarga Tionghoa tersebut selalu menunjukkan sikap proteksi dan perhatian kepada para tetangganya. Bahkan jika mereka lagi mendapatkan rezeki lebih, tak lupa membagikannya kepada para  tetangga. Bahkan, pernah di suatu ketika saat penulis terkena demam berat, justeru mereka yang menunjukkan perhatian yang luar biasa. Baik masalah makanan maupun obat yang telah diminum. Sampai-sampai penulis sendiri tidak percaya jika mereka itu hanya seorang tetangga. Maklum selama tinggal di Bogor penulis kerap berjauhan dari keluarga.
Sangking penasarannya dengan sikap baik mereka terhadap para tetangga, dalam suatu kesempatan penulis berusaha untuk menanyakan langsung kepada mereka, tentang tuntunan sikap terhadap tetangga dalam masyarakat Tionghoa. Dengan senyum bahagia Koh Acin seorang tetangga penulis pun menjawab dengan gembira. Katanya, dalam tradisi Tionghoa ada istilah Dana Parami, jadi disitu dituntun bagaimana untuk bersikap baik kepada orang lain, secara perlakuan maupun sumbangan dana jika memang mempunyai dana berlebih. Tradisi tersebut terus mereka pelihara secara turun temurun sehingga mengakar ke anak pinak turunan Tionghoa semua.
Setelah mendapat penjelasan panjang lebar dari Koh Acin, penulis pun semakin kagum kepada mereka. Hubungan kami pun dari hari ke hari menjadi semakin baik, serta saling mengisi satu sama lainnya. Walaupun secara keyakinan dan agama terdapat perbedaan mendasar, namun dalam kehidupan bermasyarakat serta bertetangga, kami tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya. Betul-betul indah hidup bertetangga...
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI