Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerpen Aroma Papua

30 September 2019   19:04 Diperbarui: 30 September 2019   19:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan bulanan yang diikuti anggota KSM. (foto dokumentasi Komunitas Suka Membaca Manokwari)

Pertemuan bulanan yang diikuti anggota KSM. (foto dokumentasi Komunitas Suka Membaca Manokwari)
Pertemuan bulanan yang diikuti anggota KSM. (foto dokumentasi Komunitas Suka Membaca Manokwari)
Kelas menengah Indonesia dalam sorotan  David merupakan kelas menengah yang palsu. Sebab kelas menengah yang sesungguhnya memiliki ketertarikan  membaca. Mereka  mencari asupan untuk makanan batin. Jumlah penduduk Indonesia terbesar kelima di dunia  tapi penjualan buku paling rendah. Masyarakat cenderung membeli barang konsumsi seperti gadget, motor, atau mobil. "Buku ini didistribusikan secara swadaya. Kami tidak menjual barang, melainkan  ide," tutur David.

Editor in Chief of Gagas Media serta penulis Life Traveler dan Studying Abroad, Windy Ariestanty menyampaikan kesan yang paling melekat setelah membaca buku ini adalah  kekhasan berbahasa yang dipertahankan.  Keunggulan buku ini menurut Windy adalah mampu mempertahankan kenangan orang yang pernah atau belum pernah ke Papua. Akan terbayang percakapan mereka sehari-hari ketika duduk di para-para pinang. "Warna Mop Papua dalam tulisan ini kental sekali, seakan mereka di depan saya dan menceritakan kisah mereka," ujar Windy.

Ketika bicara tentang lokalitas, menerbitkan buku untuk orang lokal adalah suatu terobosan. Tidak perlu bermimpi menerbitkan buku yang didistribusikan ke seluruh Indonesia. "Orang Papua butuhnya apa. Jangan paksakan selera nasional," tutur Windy.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun