Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemberdayaan Ekonomi Perempuan NTT melalui Du'Anyam

8 Desember 2018   23:32 Diperbarui: 9 Desember 2018   01:33 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Du'Anyam, UKM berbasis anyaman daun lontar. (sumber foto: www.instagram.com/duanyam)

Du'Anyam diambil dari bahasa Sikka, artinya ibu yang  menganyam. Bagaimana bisnis Du'Anyam dijalankan? Du'Anyam berbasis di  Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. UKM tersebut memproduksi  dan memasarkan produk anyaman dari daun lontar.

Business  Development&Sales Officer Du'Anyam Juan Firmansyah menjelaskan,  Du'Anyam didirikan pada 2014.  Latarnya adalah masalah kesehatan. Saat  itu seorang ibu mengalami gangguan pada kehamilan keenamnya. Rumahnya  berjarak 27 km dari  puskesmas dengan akses yang sulit. Ibu itu tidak  tahu waktu persalinan. Ia juga tidak punya cukup uang. Sehari-hari ibu  itu bekerja di kebun tanpa terpikir melakukan pemeriksaan kehamilan. Hingga saatnya melahirkan ia harus ditandu. Di tengah jalan ibu itu  mengalami perdarahan. "Tidak hanya satu ibu, juga beberapa ibu mengalami  hal serupa," tutur Juan.

Du'Anyam  memperoleh data perihal ibu  dan anak yang mengalami kekurangan gizi kronis, adanya ketidakseimbangan  antara asupan gizi dan kalori yang dikeluarkan. Apa penyebabnya?  Ternyata ada persoalan sosial ekonomi di balik isu kesehatan. Masyarakat  bergantung pada musim saat bertani. Kalau gagal panen mereka tidak  mendapatkan apapun. Akses uang tunai juga sangat terbatas. Sistem barter  masih terjadi. Makan saja sulit, apalagi kesehatan.

Penghasilan  utama para ibu di Flores diperoleh dari bertani yang bergantung musim.  Penghasilan tersebut hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Rata-rata  seorang ibu berpenghasilan Rp 225 ribu per bulan. Selain harus mengelola  ladang, mereka juga mengurus rumah. Pilihan pekerjaan memang tidak  banyak. Sementara itu suami merantau ke desa lain untuk mencari nafkah.  Adalah hal biasa menyaksikan ibu yang hamil 6 bulan bahkan 8 bulan masih  pergi ke kebun dengan menempuh medan yang menanjak dan menurun.

Peningkatan Ekonomi

Berbanding  terbalik dengan situasi tersebut, tim Du'Anyam menemukan fakta  kemampuan menganyam yang belum dikembangkan. Padahal pohon lontar tumbuh  subur dan bisa dipanen secara lestari. Selain itu adanya permintaan  dari pasar nasional dan internasional yang cukup besar serta pasar kerajinan yang berkembang. Hal tersebut menandakan adanya akses pasar  untuk kaum ibu.


Tim menemukan kearifan lokal berupa tradisi  menganyam dari generasi ke generasi yang belum diberdayakan. Hanya  golongan tua yang menjalankan aktivitas tersebut. Ada potensi  menumbuhkan kearifan lokal dan sumber daya alam dengan akses market yang  sudah ada. Selama ini problemnya adalah ketiadaan akses market. Tim  Du'Anyam memberikan masukan dalam hal desain dan kualitas produk.  "Semula hanya ibu berusia 60-70 tahun yang menganyam, sekarang kami  berusaha mencari generasi muda. Tujuannya menambah orang yang  menganyam," ujar Juan.

Peningkatan ekonomi kaum perempuan dengan kearifan lokal menganyam, (sumber foto: www.instagram.com/duanyam)
Peningkatan ekonomi kaum perempuan dengan kearifan lokal menganyam, (sumber foto: www.instagram.com/duanyam)
Du'Anyam bekerja bersama ibu usia muda  hingga lanjut usia di enam kecamatan di Flores. Produk yang dibuat para  ibu selanjutnya dibeli Du'Anyam dengan harga dua kali lipat. Selain  mendapat penghasilan, mereka difasilitasi sarana kesehatan yang lebih  baik seperti makanan tambahan. Tujuannya mengatasi problem nutrisi dan   persiapan untuk kehamilan berikutnya. "Pendekatan yang kami lakukan  adalah memberi arahan sehingga produk bisa diterima di market," kata  Juan.

Harapannya dengan menganyam, para ibu memiliki akses uang  tunai yang lebih mudah. Mereka tidak perlu repot-repot bertani menjelang persalinan, cukup menganyam di rumah. Penghasilannya mungkin lebih  besar dibanding bertani. Tidak hanya peningkatan ekonomi, juga peningkatan gizi.

Keterlibatan di Asian Games 

Di  ajang Asian Games 2018 Du'Anyam berkesempatan tampil sebagai sebagai  salah satu perusahaan pemegang lisensi merchandise. INASGOC sebagai penyelenggara event tersebut menilai produk Du'Anyam memenuhi standar  mereka, dari segi kualitas, desain, dan pattern. Du'Anyam bersyukur atas kesempatan tersebut. Pasalnya masyarakat semaki mengenal produk anyaman  dari Flores tersebut. Tentunya menjadi pemacu energi dalam berusaha.  Total ada 20 item yang ditawarkan di Asian Games, diantaranya straw hat,  luggage tag, cup sleeve, agenda cover, cable clip, dan bookmark. Tercatat 60 ribu pieces merchandise  Du'Anyam habis terjual.

Kipas anyaman, salah satu merchandise Asian Games yang diproduksi Du'Anyam. (foto dokumentasi pribadi)
Kipas anyaman, salah satu merchandise Asian Games yang diproduksi Du'Anyam. (foto dokumentasi pribadi)
Juan  mencontohkan straw hat dengan material pandan yang dikombinasikan dengan  pattern Asian Games. Tantangannya adalah menampilkan desain Asian Games  agar terlihat lebih bright. Ada pula kipas anyaman yang sangat berguna  menghalau panas saat menonton pertandingan di Asian Games. Keterlibatan  Du'Anyam dalam Asian Games semakin menyemangati para ibu untuk  menganyam. Dalam prosesnya Du'Anyam bekerja sama dengan 17 desa yang  memiliki 150 ibu penganyam. Anyaman dalam bentuk tikar yang dikirim dari  Flores ke Jakarta bisa mencapai 2.000-3.000 lembar setiap bulannya.  "Tentunya meningkatkan income mereka sebanyak 40%," tutur Juan.

Market Millenial

Produk  Du'Anyam terbagi menjadi living dan style. Produk tersebut tidak hanya  dijual retail, juga B2B baik di company maupun hotel yang penyerapannya  lebih besar dan penjualannya kontinu. Beberapa produk yang telah  dihasilkan Du'Anyam, diantaranya bags, clutches, indoor slippers, sampai  wallet. Du'Anyam juga bekerja sama dengan brand seperti Cotton Ink dan  Contempo agar bisa diterima market millenial. Selain itu usaha tersebut  pernah tampil di Jakarta Fashion Week 2014 dan meraih INACRAFT Awards  2018 Category Natural Fibers.

Visi Du'Anyam pada 2020 adalah  menjadi top supplier kerajinan anyaman yang unik, berkualitas, dan  berdampak sosial. Tidak hanya masyarakat Indonesia yang mengenalnya,  juga masyarakat di negara lain. Selain itu Du'Anyam ingin memberdayakan  2.000 perempuan perajinan dan meningkatkan pendapatan sebanyak 30%.  Tentunya dengan mengedepankan tiga pilar, yakni pemberdayaan perempuan,  peningkatan kesehatan, dan promosi budaya.

Tidak hanya di Flores,  Du'Anyam juga melakukan ekspansi pasar ke Sidoarjo, Papua (Nabire dengan  anyaman dari kulit kayu) dan Berau (anyaman dari rotan). Tujuannya  adalah memenuhi kapasitas produksi. Ketika menghadapi permintaan yang  tinggi, bisa dialihkan ke daerah lain. Apalagi setiap daerah memiliki  ciri khas anyaman masing-masing. Potensi tersebut dinilai bagus oleh  Du'Anyam dalam menampilkan produk-produk lokal Indonesia. Du'Anyam  mencoba mengangkat anyaman ke level yang lebih tinggi, contohnya di  bidang hospitality atau properti dalam bentuk hiasan dinding di hotel  dengan mengangkat budaya Kalimantan. "Demand handicraft, home decor itu  selalu ada. Ini kesempatan untuk UMKM," kata Juan.

Rencananya pada  Januari 2019 mendatang dilaunching website Du'Anyam. Website tersebut  dilatari daya beli masyarakat terlebih generasi millenial yang sangat  signifikan. Melalui website orang lebih mudah mengakses produk Du'Anyam.  Produk Du'Anyam telah diekspor ke beberapa negara, seperti Amerika,  Belgia, Korea, Australia, Jepang, dan Denmark. "Tentunya cara tersebut  sangat membantu ekonomi para ibu. Kini mereka bisa memperoleh  penghasilan Rp 1 juta-Rp 1,5 juta," kata Juan.

Bertumbuh

Juan  menyampaikan, selama kurang lebih lima tahun berdiri Du'Anyam telah  melewati banyak tantangan. Mengapa Du'Anyam mampu memenuhi pesanan  minimum 500 bahkan 2.000 pieces produk untuk hotel misalnya? Semua itu  melalui proses. Sebenarnya setiap UKM punya kesempatan yang sama untuk  menjadi pemegang lisensi merchandise Asian Games 2018 atau event  lainnya. Semuanya kembali kepada keuletan tim dan persiapan SDM.

Menyinggung  kendala permodalan yang kerap dialami UKM, Juan menyarankan UKM mencoba  project-project kecil. Ia mencontohkan project hotel atau corporate  yang telah ditempuh Du'Anyam. Strateginya adalah mencoba di atas limit  kapasitas usaha. Meskipun ada beberapa kekurangan, semua itu akan bisa  ditangani dengan baik. "Harapannya 70% produk Du'Anyam bisa terserap  oleh pengunjung Asian Games," kata Juan.

Du'Anyam ingin menggarap market millenial. (sumber foto: www.instagram.com/duanyam)
Du'Anyam ingin menggarap market millenial. (sumber foto: www.instagram.com/duanyam)
Awalnya Du'Anyam hanya  menjual slipper, sekarang ada 250 item produk dengan fungsi, bentuk, dan  konsep yang berbeda. Juan menilai, mendirikan usaha saja sudah sulit  apalagi mendirikan usaha sosial. Peningkatan income itu pasti, tapi  peningkatan sosial perlu diraih juga. Visi Du'Anyam pada 2020 adalah  brand Du'Anyam lebih dikenal tidak hanya di dalam negeri juga luar  negeri. "Ketika orang datang ke Indonesia ingin mencari anyaman, brand  yang terlintas pertama kalinya adalah Du'Anyam," ujar Juan.

Juan  memandang kendala terbesar adalah shipping. Pasalnya Du'Anyam bekerja di  remote area. Apalagi saat ekonomi bergejolak, harga shipping menjadi  fluktuatif, misalnya pengiriman dari Berau ke Jakarta. Tantangan yang  dihadapi UMKM tersebut perlu dipecahkan dengan pikiran kreatif dan  global. "Melalui kehadiran kami langsung di masyarakat setidaknya mereka  punya harapan untuk hidup. Itu yang membuat Du'Anyam bertumbuh sampai  sekarang," ujar Juan.

Sebagai perusahaan logistik yang telah  beroperasi selama 28 tahun, JNE berkomitmen membantu UKM di seluruh  wilayah di Indonesia, tak terkecuali NTT. Provinsi tersebut dikenal  memiliki banyak pulau dengan kondisi yang berbeda-beda. Ada pulau dengan  kontur pantai yang landai, ada pula pulau dengan wilayah perbukitan.  Untuk itu JNE hadir menyediakan infrastruktur logistik yang mendukung  pengiriman barang baik di dalam maupun luar negeri. JNE terus memberikan  pelayanan dan inovasi terbaik, baik dalam hal infrastruktur, teknologi  informasi, dan SDM.

JNE yakin kontribusi yang diberikan mampu  memberdayakan dan menumbuhkan UKM dari segi bisnis. Tentunya  meningkatkan pula perekononomian negara. Terlebih saat ini target  Indonesia adalah menjadi negara berpendapatan menengah pada 2025. Untuk  itu Indonesia harus meningkatkan pertumbuhan ekonominya menjadi 7% per  tahun. Bukan tidak mungkin semua itu mampu dicapai berkat kolaborasi JNE  bersama UKM di seluruh Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun