Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Garuda Indonesia "Training Center", Aman Tanpa Kompromi

12 April 2018   14:21 Diperbarui: 12 April 2018   14:33 3690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Indonesia, identitas bangsa (foto dokumentasi pribadi)

Berkualitas

Ketika terjadi sesuatu, pilot sudah dilatih menghadapi kerusakan termasuk cuaca. GITC memiliki tujuh simulator yang masih aktif. Selain menyelenggarakan training untuk pilot Garuda Indonesia, GITC juga menerima training dari Saudi Arabia, Irak, hingga India serta maskapai lain seperti Trigana. Negara-negara tersebut menilai GITC berkualitas bagus. Pasalnya tidak semua perusahaan penerbangan memiliki simulator yang harganya mencapai Rp 200 miliar. 

Alasan lainnya adalah maskapai tersebut hanya memiliki tiga atau empat pesawat, kurang ekonomis. GITC juga menjalin kerja sama pelatihan dengan beberapa perusahaan penerbangan dari Yaman dan Afrika. Setiap tahun dilakukan sertifikasi simulator untuk memastikan kapabilitas agar sesuai dengan regulasi.

Senior Manager Flight Attendant Training GITC Yonas P. Sutedjo menyampaikan, hampir setiap tahun training juga diikuti pilot dari Jepang, Korea, dan China. Mereka berasal dari maskapai asing yang berada dalam satu jaringan dengan Garuda Indonesia. GITC memiliki device yang disertifikasi oleh Kementerian Perhubungan sehingga harus digunakan di negara sendiri, tidak boleh di negara lain. 

Terdapat dua jenis training, yaitu training selama enam bulan dengan 28 subject dan training recurrent selama lima hari. "Banyak juga maskapai dari Asia yang training di GITC, salah satunya Thailand. Mungkin mereka mempertimbangkan jarak yang dekat dari negaranya," ujar Yonas.

Simulator di GITC, simulasi seperti di pesawat as real as possible. (foto dokumentasi pribadi)
Simulator di GITC, simulasi seperti di pesawat as real as possible. (foto dokumentasi pribadi)
Triyanto memaparkan, simulator 737 versi classic yang dimiliki GITC sejak 1990-an masih bisa dipakai. Perawatan simulator dilakukan oleh teknisi dari Garuda Indonesia sehingga layak digunakan. Namun ada satu simulator yang dimaintain oleh teknisi dari pabrik di Kanada. Garuda Indonesia memilih membeli simulator dari pabrik tersebut karena telah terbukti. 

Tercatat 1.450 pilot Garuda Indonesia mengikuti refreshment training dua kali setahun. Lulusan flying school yang bergabung dengan Garuda Indonesia harus menjalani training selama enam bulan. Terdapat 28 subject dalam training tersebut yang meliputi safety dan service.

Simulator mewakili 95% sampai 98% kondisi real. Semua panel di simulator sama seperti di pesawat. Dengan demikian pilot bisa mengoperasikan pesawat dalam situasi normal, abnormal, dan emergency (darurat). Semua hal yang harus dilakukan atau diputuskan pilot ditraining di simulator dengan tepat. 

Selain mempelajari teori pesawat yang menunjang penerbangan selama dua jam, pilot ditraining selama empat jam di simulator. Simulator membuat training lebih aman sebab tidak mungkin membawa penumpang dalam kondisi mesin mati atau terbakar. "Training menjadi nyaris sempurna di simulator. Pilot bisa dilihat dari motorik, skill, knowledge, dan mentality," ujar Triyanto.

Simulasi evakuasi yang wajib diikuti siswa FA. (foto dokumentasi pribadi)
Simulasi evakuasi yang wajib diikuti siswa FA. (foto dokumentasi pribadi)
Martinus menambahkan kopilot yang ingin naik tingkat menjadi pilot membutuhkan 5.000 jam terbang. Dalam satu tahun pilot tidak boleh terbang melebihi 1.050 jam sebab dibatasi regulasi. Ground Instructor GITC Magdalena menjelaskan, ground training terkait dengan pengetahuan dan skill. 

Selanjutnya dibuktikan dengan praktik di pesawat Garuda Indonesia untuk menerima flight attendant (FA) certificate, yaitu dokumen yang dikeluarkan negara. Di balik kelemahlembutan dan komunikasi yang diatur oleh pramugari itu sebenarnya ada habit yang dibentuk. "Bagaimana mengucapkan magic words, seperti maaf, terima kasih, dan tolong di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun," kata Magdalena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun