Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sunda Unik Konsisten Menyajikan Kenangan Jajanan Masa Kecil

20 November 2016   19:56 Diperbarui: 21 November 2016   19:53 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini makanan mama waktu masih gadis." Kalimat itu terucap dari seorang wanita paruh baya yang tengah menunjukkan camilan kepada putrinya. Nostalgia melalui makanan, itulah yang diusung Sunda Unik.

Pada 13 November 2016 lalu penulis berkesempatan menjelajahi Jakarta Street Food Festival (JSFF) bersama Kompasianer Penggila Kuliner. Event yang berlangsung pada 11-27 November tersebut berlokasi di La Piazza Kelapa Gading. Booth Sunda Unik yang menampilkan aneka camilan tempo dulu, seperti gulali kacang, permen kayu, hingga susu serbuk menarik perhatian penulis. Pemilik Sunda Unik Kang Dede Wiratmadinata yang ditemui penulis menyampaikan, fokus usahanya adalah jajanan tradisional di Nusantara.

Kang Dede mengisahkan, ide pendirian Sunda Unik muncul saat melihat counter khusus jajanan tradisional di Meksiko. Selain itu ia pernah menyaksikan miniatur pasar tradisional di lobby sebuah hotel di Bali. Keinginan yang tak terbendung mendorong Kang Dede mengundurkan diri dari pekerjaannya di bidang perhotelan. Ia memulai Sunda Unik pada 2006. Saat ini Kang Dede yang berlatar belakang sarjana Sastra Jerman Universitas Padjajaran merasakan kepuasan batin. Pasalnya sebelumnya ia menjalani tiga pekerjaan sekaligus. Pagi mengajar di salah satu SMA negeri di Bandung, kemudian bekerja di hotel, sore membuka les Bahasa Perancis, Jerman dan Inggris. “18 jam kerja dalam sehari capainya untuk orang, sekarang mau capai atau senang ditelan sendiri,” kata Kang Dede.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sunda Unik mengumpulkan camilan yang sudah lama tidak muncul. Camilan yang tidak terekspos dipopulerkan kembali. Dahulu jajanan ini dianggap modern. Jaman berubah. Saat ini jajanan tersebut masuk kategori tempo dulu. Misinya adalah makanan tradisional itu tidak punah atau mati di tengah jalan, tidak dilupakan jaman, tergerus oleh produk dari luar negeri. Dengan demikian generasi sekarang mengetahuinya. Kang Dede memandang, camilan tradisional Indonesia sebenarnya unik, bercita rasa tinggi, menarik dan tidak kalah dari produk luar negeri.

Sebelumnya Sunda Unik pernah membuka toko di dua mal di Bandung. Namun ditutup karena tingkat kejenuhan yang tinggi. Saat ini Sunda Unik memilih pemasaran dari event ke event. Sistem tersebut dinilai lebih efektif sebab bisa menemukan banyak pangsa pasar baru. Sunda Unik pernah menjual produk di sekolah tapi hanya bertahan empat bulan karena tingkat kebosanan yang tinggi. Selain itu Sunda Unik memperoleh tawaran display produk di hotel dalam rangka menyambut tahun baru. Namun tingkat penjualannya masih di bawah pemasaran melalui event. “Kami masih bertahan di segi fisik, rejekinya di sini,” tutur Kang Dede.

Selain di Bandung, Sunda Unik mengikuti event di Jakarta, Tangerang Selatan dan Depok. Salah satunya Pekan Raya Indonesia yang digelar pada 20 Oktober sampai 6 November. Karena memperoleh booth yang luas, Sunda Unik menampilkan kapal Phinisi dengan tema jelajah kuliner Nusantara. Konsepnya mencari harta karun dengan menampilkan beragam peti. Event lainnya adalah Kampoeng Tempo Doeloe yang biasanya diselenggarakan pada April hingga Mei di La Piazza. “Kampoeng Tempo Doeloe sudah kami ikuti sejak 2013,” tutur Kang Dede.

Selama mengikuti pameran, Sunda Unik banyak memperoleh tawaran memperoleh bantuan modal. Namun Kang Dede melihat selama masih bisa sendiri, ia akan terus berjalan. Ia khawatir akan mendapat tekanan tertentu. Kang Dede bersyukur sejak awal usaha menggunakan modal sendiri. Pada 2012 Sunda Unik berkesempatan mengirimkan produk ke Pasar Tong Tong di Den Haag, Belanda. Pengiriman produk tersebut bersamaan dengan pentas grup kesenian dari Bandung. Sekembalinya grup tersebut, Kang Dede memperoleh informasi bahwa produknya sangat digemari di sana. Banyak orang Indonesia yang antusias, merindukan jajanan tempo dulu.

Terus Eksis
Sebenarnya masih banyak camilan yang belum tergali. Sunda Unik saat ini mengumpulkan 80 sampai 100 camilan yang masih bisa diselamatkan. Banyak camilan yang malas dibuat generasi sekarang atau generasi tua tidak mau menularkan ke generasi berikutnya. Apalagi masyarakat lebih memilih menjual makanan yang laku di pasar, tidak idealis melestarikan jajanan tempo dulu. Terkadang ada camilan yang muncul saat perayaan atau pesta rakyat, tidak bisa dilihat setiap hari. Contohnya, kalua jeruk yang berbahan kulit jeruk, gulapo yang merupakan olahan kelapa, serta kue satu yang biasanya muncul pada perayaan khitanan di Ciamis sampai Tasikmalaya. “Saat ini kami membawa sekitar 40 item,” tutur Kang Dede.

Ketika melihat produk yang dijual Sunda Unik, pengunjung menunjukkan tanggapan yang positif. Bahkan sejak Sunda Unik dibuka, animo pengunjung terbilang bagus. Hal tersebut yang menjadikan Sunda Unik tetap eksis sampai sekarang. Orangtua ingin menularkan camilan yang pernah dirasakan kepada anaknya. Sunda Unik juga mengedukasi generasi saat ini dengan memperkenalkan uang yang pernah dicetak pada masa lalu. Hal tersebut merupakan bentuk pembelajaran kepada anak-anak. “Kami ingin mengawinkan mata uang dan makanan,” kata Kang Dede yang asli Tasikmalaya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selain melibatkan keluarga dalam produksi camilan tempo dulu, Kang Dede juga mencari sendiri ke pasar tradisional bahkan sampai ke luar Bandung dan memesan kepada agen. Kang Dede tak kenal lelah mencari makanan tradisional untuk melengkapi khazanah jajanan Nusantara. Dengan demikian tetap lestari keberadaannya. Kang Dede berharap pemerintah membuka wahana atau media seluas-luasnya bagi komunitas yang ingin jajanan tradisional terus eksis. Pemerintah sebaiknya tidak mempersulit sehingga masyarakat beruntung melihat atau merasakan lagi jajanan tempo dulu. “Selama kami berkecimpung di usaha ini, pemerintah mengapresiasi, salah satunya memberikan sertifikat yang menunjukkan usaha kami mengangkat makanan tradisional Nusantara,” ujar Kang Dede.

Tawaran pemasaran online juga pernah diterima Sunda Unik. Memang cara tersebut dinilai mampu menjaring massa yang lebih luas. Pengalamannya, ada pihak yang pernah melakukan foto produk Sunda Unik. Namun produk yang dikirim bukan berasal dari Sunda Unik. Kang Dede melihat tingkat duplikasi dan pencurian foto pada pemasaran online cukup tinggi. Akibatnya Sunda Unik yang mendapat komplain. Hambatan dalam pemasaran dari event ke event menurut Kang Dede, pertama, keterbatasan waktu terutama saat ada beberapa event sekaligus. Seperti event JSFF yang bersamaan dengan event Lorong Kuliner di Summarecon Mall Serpong pada 11 November sampai 11 Desember. Kedua, masalah SDM yang belum bisa menyamakan standar Sunda Unik. “Jarang ada yang bisa membuat jajanan tradisional padahal masyarakat ingin tahu makanan seperti ini,” kata Kang Dede.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun