Kalau kita masuk ke kantor, sekolah, rumah sakit, atau bahkan komunitas profesional, biasanya ada satu dokumen yang selalu disebut-sebut: kode etik. Isinya kurang lebih tentang nilai-nilai yang harus dijaga, kayak kejujuran, tanggung jawab, adil, dan sikap profesional. Tapi pertanyaannya, siapa sih yang benar-benar peduli? Siapa yang beneran baca dan niat menjalankan itu semua?
Jujur aja, banyak dari kita yang waktu awal kerja mungkin pernah denger soal kode etik, tapi setelah itu? Hilang dari ingatan. Apalagi kalau kerjaan makin numpuk, target makin tinggi, dan tekanan makin gede---urusan etika sering kali disimpan di rak paling belakang. Bukan karena kita nggak tahu mana yang benar, tapi karena keadaan kadang bikin kita mikir: "yang penting beres dulu aja."
Padahal kalau dipikir-pikir, justru etika itu pentingnya bukan pas keadaan tenang, tapi justru pas kita lagi dihadapkan sama pilihan yang bikin goyah. Misalnya, disuruh bikin laporan yang datanya dimanipulasi biar kelihatan bagus, atau nutupin kesalahan bos karena takut dimarahin. Di situ, komitmen kita terhadap etika diuji.
Masalahnya, lingkungan kerja sekarang kadang nggak bantu juga. Banyak tempat yang lebih ngeliat hasil akhir daripada cara mencapainya. Budaya kayak "asal target tembus", atau "yang penting atasan senang", bikin banyak orang akhirnya ngelakuin apa pun demi kelihatan berhasil---meski itu jelas-jelas melanggar etika.
Belum lagi soal sanksi. Banyak pelanggaran etika yang nggak dikasih teguran, atau malah ditutupin. Akibatnya? Orang-orang jadi mikir, "ya udah, kalau nggak ketahuan, aman-aman aja." Dari situ lah mulai muncul budaya permisif---di mana salah itu nggak apa-apa, asal jangan ketahuan.
Padahal kalau semua orang kayak gitu, dunia kerja bisa jadi tempat yang penuh ketidakjujuran, persaingan nggak sehat, dan kehilangan kepercayaan. Padahal, kepercayaan itu fondasi utama dari hubungan profesional. Kalau rekan kerja udah saling curiga, bawahan takut terbuka sama atasan, atau pelanggan mulai nggak percaya lagi---itu tanda ada yang salah, dan biasanya akarnya ya dari etika yang diabaikan.
Kita juga sering nungguin perubahan dari atas---dari pemimpin, dari HRD, atau dari sistem. Tapi kenyataannya, perubahan soal etika itu paling efektif kalau dimulai dari masing-masing individu. Mulai dari hal kecil kayak nggak nitip absen, nggak bohongin waktu lembur, sampai berani bilang "nggak" ke hal-hal yang nggak sesuai hati nurani.
Karena jadi profesional itu bukan soal keren-kerenan gelar atau jabatan, tapi soal bisa dipercaya, bisa diandalkan, dan punya prinsip yang nggak gampang goyah meskipun situasinya sulit. Dan semua itu balik lagi ke satu hal yang sering kita anggap sepele: kode etik.
Jadi, daripada terus nanya "siapa sih yang masih peduli sama kode etik?", mungkin sekarang saatnya kita nanya balik ke diri sendiri: "aku udah peduli belum?" Karena kalau kita mau dunia kerja yang lebih sehat, lebih jujur, dan lebih manusiawi ya kita yang harus jadi bagian dari perubahan itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI