Mohon tunggu...
Claudia Muelen
Claudia Muelen Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Apa yang kau baca?

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pemerataan Pendidikan sebagai Gerbang Awal Merdeka Belajar

2 Mei 2022   22:11 Diperbarui: 11 Mei 2022   15:16 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Berbicara tentang pendidikan berarti kita berbicara tentang hidup. Karena pendidikan salah satu bagian terpenting dari proses kehidupan. Pendidikan yang sebenarnya merupakan satu nilai urgent yang ada  pada diri setiap individu. Pendidikan merupakan  kunci utama dan pertama untuk kemajuan bangsa dan negara. Tanpa pendidikan apa jadinya Negeri ini. 

Dilansir dari google, kualitas pendidikan Indonesia  "Menurut survei dari PERC (Politik and Economic Risk Consultan), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan terakhir yaitu urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Salah satu yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia rendah adalah rendahnya kualitas guru." Sistem pendidikan di Indonesia, terlalu kejam.  Bagaimana mungkin, seekor ikan dinilai dari caranya memanjat pohon. Dan seorang atlet berenang dipaksa harus bisa melukis. Sementara dia tidak punya kemampuan melukis. 

Jawaban yang sungguh menyayat hati. Bagaimana tidak, kualitas pendidikan kita berada diurutan terakhir dari 12 negara yang ada di Asia. Saya tertarik dengan pernyataan terakhir "penyebab kualitas pendidikan rendah adalah rendahnya kualitas guru." Bukannya kualitas guru rendah karena kurangnya fasilitas?  Bukannya pemerataan pendidikan belum sepenuhnya dimiliki oleh semua orang Indonesia dan itu tentunya berpengaruh pada guru?

Dalam perkembangnya, begitu banyak permasalahan yang belum bisa diatasi salah satunya yaitu masalah pemerataan pendidikan. Pendidikan dinegara kita Indonesia masih jauh dari kata sempurna sampai detik ini. Begitu banyak orang-orang yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. 

Coba anda bayangkan bagaimana susahnya anak pelosok negeri,  mencari jaringan dibalik bukit. Anak jalanan di pinggiran kota, jalan sempoyongan mencari rezeki dari tangan si pemberi. 

Dua permasalahan yang hampir sama namun berbeda. Bedanya,sebagian anak di pelosok negeri keterbatasan jaringan internet dan mereka mampu sekolah . Sementara anak jalanan berkelimpahan jaringan namun tidak punya biaya untuk melanjutkan mimpi mereka. Miris, bukan? Sungguh ini yang perlu diperhatikan bersama. 

Seperti yang sudah saya tuliskan diatas pendidikan di negara kita Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Apalagi jika disandingkan dengan negara Barat. Pemerataan Pendidikan sebagai gerbang awal merdeka belajar, harus benar-benar memfasilitasi anak-anak yang membutuhkan atau tidak mampu. 

Sumber Daya Manusia perlu diperhatikan dalam hal ini. Boleh sajah pemerintah memberikan banyak janji untuk memajukan pendidikan negeri ini. Tapi tolonglah berilah sedikit ruang kebebasan pada anak negeri untuk berlari mengejar mimpi tanpa takut. 

Dilahirkan di desa dengan segala keterbatasan jaringan, membawa saya pada satu pernyataan bahwa saya harus sukses. Tahun 2020 merupakan tahun paling menyedihkan untuk dunia. Jika dikenang hanya menui luka. Sekolah-sekolah, kampus, tempat umum dan lain sebagainnya diliburkan. 

Selama dua semester saya kuliah daring atau online dari rumah dengan segala keterbatasannya. Mendaki bukit demi mendapatkan jaringan internet bukanlah hal yang mudah. Bahkan yang paling menyedihkan saat itu banyak anak kelas tiga SMA (guru dan murit) mencari jaringan demi bisa UNBK. Pengalaman serupa juga dialami oleh anak-anak SMP. Stasiun Tv besar di Jakarta tentu menyoroti masalah tersebut. 

Bapak Nadiem Makarim dengan segala antusias memberikan banyak program baru dalam dunia pendidikan, salah satunya program Merdeka Belajar. Tapi sayang seribu sayang belum bisa diterapkan pada  sekolah-sekolah pelosok. Pendidikan negeri ini masih jauh dari kata Merdeka. Anak-anak putus sekolah karena keterbatasan ekonomi begitu banyak disekitar kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun