Mohon tunggu...
Citra Rizcha Maya
Citra Rizcha Maya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

I wanted to be that quirky girl who writes silly stories that still have meaning.❤\r\n\r\n\r\nhttp://ceritacintaciptaancitra.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Jelita dalam Kaca

4 Desember 2011   13:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:50 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

[caption id="attachment_147335" align="aligncenter" width="400" caption="google"][/caption]

Aku membenci dunia seperti dunia membenciku, karena,  buatku dunia adalah layar raksasa tempat kebohongan dan kemunafikan di pentaskan, tapi…seperti kata mereka, para pemikir yang bijaksana, ada sesuatu yang memiliki kekuatan besar, sesuatu yang tak terkalahkan, sesuatu yang melawan kebencian, aku yakin kita semua mengetahuinya, cinta, sesuatu yang semisterius hantu, karena, semua orang membicarakannya, tapi tak banyak orang pernah melihat bentuknya, atau dalam hal ini, merasakannya.

Kupikir aku jatuh cinta, karena tiba-tiba dunia menjadi sangat indah, hanya saja sayangnya aku jatuh cinta pada sesuatu yang tak seharusnya, orang yang salah, adakah mereka diluaran sana yang pernah jatuh cinta pada orang yang tepat?aku tebak, tidak pernah ada.

Pertama memandang wajahnya, aku tahu bahwa cermin itu tak pernah berdusta, tidak seperti sebagian dari kita yang menganggap bahwa kebohongan sama halnya dengan mata uang yang berharga. Wajah itu…serupawan bidadari surga, mata indahnya menatapku dengan manja, sekilas, lalu kelopak mata itu terpejam dan aku mulai membayangkan apa yang dipikirkannya, tentang sebuah rasa yang sangat indah, cinta, tak lama, mata itu membuka, memainkan bulu mata lentiknya yang mempesona, sungguh jelita, lirikan matanya menggoda, aku diam membeku terpana, mencoba menikmati rasa yang mulai merasuki dada.

Aku masih mengingat senyumnya, senyum manis yang merekah, bibirnya merah merona, gigi-gigi putihnya terlihat ketika dia menganga dengan indah, ya Tuhan aku sungguh jatuh cinta. Beberapa ikal mayang yang membingkai wajahnya, jatuh berantakan di wajahnya, ingin kusisihkan di balik telinga mungilnya, lalu kukecup pelan kening lembutnya, di saat itu ingin kuberi semua keindahan dunia, tapi siapa aku? Sadar mengingatkan siapa diriku, aku hanya makhluk tak berharga yang dibenci dunia.

Lagi-lagi tentang dunia, memang tak ada habisnya, ingatanku tersentak kembali, dunia dan gadis jelita dalam kaca, ingin kulindungi dia dari kejamnya dunia, tapi apakah bisa? tidak ada yang bisa lolos dari cengkraman kejamnya dunia, bukan?aah kata siapa?jika tak ingin di dunia, bukankah lebih baik pergi saja darinya?itu cara termudah, aku bisa pergi sekarang juga dan membawa serta gadis yang membuatku jatuh cinta, gadis jelita dalam kaca, jadi hari ini, kudatangi dia, kubujuk dan kuberikan dia jaminan yang sangat berharga, cinta dan perlindungan, akan kujaga dia, asalkan dia ikut serta menuju tempat jauh di sana, surga.

Dia mengangguk, padahal aku belum berkata apa-apa

Dia tersenyum padahal aku belum membuka suara

Dia tahu maksudku bahkan sebelum aku mengutarakannya

Dia membacaku, jauh ke dalam lubuk hatiku

Lewat pikiran kukatakan padanya, akan ada kesakitan luar biasa yang akan dirasakannya, sebagai wujud pengorbanan, kesakitan yang ditukarkan dengan kebebasan, akan ada sedikit darah, tapi mungkin merahnya akan menyilaukan mata, akan ada air mata tapi kuyakinkan semuanya tak akan lama, bahkan sebelum kita sempat memikirkannya, kita telah berpindah, ke tempat indah seperti janji sang Pecipta jagad raya.

Kusentuh perak dingin dan tajam itu di kulitnya, tapi juga kurasakan dikulitku sendiri, kusayatkan beberapa kali, entah mengapa aku meringis nyeri, tapi si gadis dalam kaca tetap bertahan dalam sunyi, apa aku terlalu bersimpati hingga merasa apa yang juga dirasakannya, pedih, nyeri, dan letih, lalu aku lebih memberanikan diri, kugoreskan di dekat nadi, perih sekali, kugoreskan di leher sebelah kiri, terakhir kutancapkan di dekat hati, aku merasa aku akan mati, tapi kamu tak pergi sendiri, ada aku yang menemani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun