Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Salah Pikir Kursi Prioritas

4 Oktober 2014   19:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:23 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412400423272515738

Ketika akhirnya memutuskan bekerja di Jakarta, saya memang sengaja memilih tempat tinggal yang cukup dekat dari kantor dan dilewati Transjakarta. Meski bisa memilih moda transportasi lain seperti Kopaja, saya memang cenderung memilih Transjakarta, more or less karena kondisinya mengingatkan saya pada bus di Taipei (ceritanya gagal move on).

Sesekali di akhir minggu, saya menggunakan commuter line untuk mbolang ke kota sebelah.

Kemarin, ada berita mengenai seorang ibu hamil yang keguguran ketika menaiki commuter line. Beritanya cukup simpang siur, ada yang mengatakan penyebabnya karena berdiri terlalu lama, lalu ada juga berita bahwa si ibu yang berdarah-darah di kereta ini bukan keguguran, dan sebagainya. Entah bagaimana kejadian sebenarnya, saya berharap si ibu kembali sehat.

Dan saya pun bertanya-tanya, apakah tidak ada yang memberikan tempat duduk kepada si ibu hamil ini? Not even priority seat?

Ketika naik commuter line, terus terang saya justru menghindari naik gerbong khusus wanita. Commuter line dan Transjakarta, bila saya amati, memiliki karakter penumpang yang serupa, terutama pada saat rush hour. Semuanya berebutan untuk naik, dan seringkali, saling mendorong. Dorong mendorongnya pun sedikit brutal, dan tidak sekali dua kali, dalam adegan dorong mendorong ini, saya sampai memaki (dalam hati) karena 1) sakit banget, man, disikut di sana sini, dan 2) hampir jatuh ke rongga antara platform dan bus. Sesama wanita justru tidak membuat antrian menjadi lebih beretika, ada saja yang buru-buru ingin masuk supaya mendapat tempat duduk dan seakan tak peduli bahwa masih ada penumpang yang perlu turun dan bahwa ada penumpang di depannya yang belum masuk. Kalau sudah begini penumpang Kopaja sepertinya masih lebih beradab karena mereka tahu diri. Kalau Transjakarta, sudah penuh ya masih saja ada yang mendorong masuk, commuter line pun begitu. Kemudian karena area khusus wanita, banyak yang beranggapan bahwa wanita lain tidak berhak diprioritaskan, even ketika dia hamil atau sakit (ingat kasus Dinda?).

Sudah naik, yang lucu bagi saya adalah mereka yang duduk di kursi prioritas. Warna kursinya sudah jelas beda, ada penandanya pula. Seringkali petugas Transjakarta masih harus memintakan tempat duduk untuk ibu hamil, dan yang kemudian memberikan tempat duduknya adalah yang duduk di kursi biasa. Ini gimana sih? Kursi prioritas, sesuai namanya, adalah kursi yang diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan, yaitu ibu hamil, ibu dengan anak, orang tua, atau mereka yang bermasalah dengan kesehatan. Sesuai "pelajaran" yang saya dapatkan selama tinggal di Taipei dan sedikit common sense, tak perlu jadi doktor pun seharusnya kita semua tahu bahwa kursi tersebut bukan hak kita.

Bukan hak kita ini bisa dimaknai ganda: kita tidak berhak duduk di kursi tersebut (kalau tidak termasuk golongan membutuhkan) dan kita bisa duduk di sana namun harus sigap melihat sikon, lalu memberikan tempat duduk kepada yang membutuhkan. Kalau di Taipei, baik di kereta atau bus, kursi prioritas ini seringkali kosong meski kendaraan penuh, karena nilai sakralnya itu. Saya sih memilih opsi yang kedua, boleh diduduki, asal tahu diri ketika melihat ada yang membutuhkan. Tapi ya memang common sense itu juga tidak terlalu common, ya. Masih banyak yang belum menyadari fungsinya kursi prioritas ini. Kalau sudah dapet tempat duduk ya sudah, tidak lagi peduli dengan kiri kanan.

"Lha kamu kan masih muda, masih kuat berdiri, nggak capek kerja, apalagi cuma deket ini", adalah komentar seorang teman ketika kami sedang bercakap mengenai masalah ini. Benar, saya masih muda, kuat ini relatif, dan jarak dekat itu juga relatif. "Nggak capek kerja" itupun argumentatif, bisa diperdebatkan. Poin saya justru bukan di situ. Poin saya justru soal kesadaran pribadi kita mengenai kerelaan hati untuk memberikan tempat duduk kepada yang LEBIH membutuhkan, meski kita sendiri memiliki alasan itu tadi: capek kerja, jarak tempuh lama, tidak kuat berdiri, dan sebagainya. Apalagi jika duduk di kursi prioritas: artinya ada yang lebih membutuhkan kursi itu daripada kita.

Masukan untuk Transjakarta dan commuter line barangkali stiker khusus untuk mereka yang benar-benar membutuhkan. Setidaknya dengan stiker tersebut, tidak perlu ada adegan meminta-minta tempat duduk, dan mereka yang memang membutuhkan tidak mendapatkan pandangan sinis dari penumpang lain. Hamil usia muda seringkali tidak terlihat, sakit di kaki juga bisa jadi tertutup celana, dan sebagainya. Harus diimbangin juga dengan kesadaran penumpang lain, tentunya.

Ah iya, tulisan ini memang refleksi. Sebagai manusia, saya pun seringkali kurang peka.

XOXO,

-Citra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun