Mohon tunggu...
Christopher Ibrahim
Christopher Ibrahim Mohon Tunggu... Pelajar

Pelajar di SMA Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Magis dalam Ketidaksempurnaan: Refleksi dari Canisius College Cup XL

2 Oktober 2025   22:09 Diperbarui: 2 Oktober 2025   22:31 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sorak-sorai penonton, dentuman alat musik, dan semangat para pemain menjadi pemandangan yang melekat sepanjang Canisius College Cup (CC Cup) XL 2025. Ajang tahunan ini bukan sekadar pesta olahraga dan seni, melainkan ruang pembentukan karakter yang terasa nyata.

Sorak-sorai penonton, dentuman alat musik, dan semangat para pemain menjadi pemandangan yang melekat sepanjang Canisius College Cup (CC Cup) XL 2025. Ajang tahunan ini bukan sekadar pesta olahraga dan seni, melainkan ruang pembentukan karakter yang terasa nyata. Ketika jadwal pertandingan begitu padat, panitia harus berjibaku mengatur setiap cabang agar berjalan lancar. Peserta pun menghadapi tekanan berat dari kompetisi yang ketat, namun tetap memilih berdiri tegak, menunjukkan daya juang yang patut diapresiasi. Inilah potret karakter anak muda yang ditempa bukan oleh kenyamanan, melainkan oleh tantangan.

Diselenggarakan pada 20–27 September 2025 di Kolese Kanisius, Jakarta, CC Cup XL mengusung tema el-ḥelw mā yekmelsh, ungkapan Mesir yang berarti “sesuatu yang indah tak pernah sempurna.” Tema ini terasa hidup di setiap sudut acara. Betapa indahnya menyaksikan ribuan pelajar dari lebih dari 190 sekolah SMP dan SMA sederajat se-Jabodetabek berkumpul dalam suasana meriah, namun di balik kemeriahan itu ada cerita kelelahan, persaingan, bahkan keterbatasan fasilitas yang harus diterima dengan lapang dada. Justru dari ketidaksempurnaan itu, lahir nilai-nilai magis: semangat untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Kompetisi ini menghadirkan 18 cabang berbeda, mulai dari olahraga, seni, hingga akademik. Olahraga seperti basket, voli, bulu tangkis, dan mini soccer menuntut kerja sama, strategi, dan konsistensi latihan. Cabang seni seperti modern dance, band, fotografi, dan digital painting mendorong ekspresi diri dan keberanian menampilkan karya di depan publik. Sementara itu, cabang akademik seperti debat, english debate, dan cerdas cermat menumbuhkan ketajaman berpikir sekaligus sikap kritis yang santun. Semua cabang itu bukan hanya tentang piala, melainkan laboratorium kehidupan tempat anak muda belajar menghadapi tekanan, mengelola kegagalan, dan menemukan kepercayaan diri.

Hal yang paling membekas tentu ketika tim mini soccer Kolese Kanisius sendiri turun ke lapangan. Dengan dukungan riuh penonton dan penampilan musik ALASKA yang menghidupkan suasana, pertandingan berubah menjadi pesta kebersamaan.

Hal yang paling membekas tentu ketika tim mini soccer Kolese Kanisius sendiri turun ke lapangan. Dengan dukungan riuh penonton dan penampilan musik ALASKA yang menghidupkan suasana, pertandingan berubah menjadi pesta kebersamaan. Kemenangan memang penting, tetapi sorot mata para pemain yang berlari penuh determinasi menunjukkan hal lain: nilai sportivitas dan kegigihan. Saat tim lawan mencetak gol, sorak tetap menggema, membuktikan bahwa pertandingan bukan hanya soal skor, tetapi tentang daya tahan mental.

Tantangan nyata juga datang dari padatnya jadwal. Ada panitia yang baru bisa beristirahat pada malam hari karena memastikan panggung pertunjukan siap digunakan esoknya. Ada pula tim yang sempat kecewa karena peralatan teknis tidak berfungsi dengan sempurna. Namun semua hambatan itu tidak mematikan semangat. Sebaliknya, justru melatih kesabaran, rasa tanggung jawab, dan kemampuan bekerja dalam situasi penuh tekanan. Di sinilah tema el-ḥelw mā yekmelsh benar-benar menemukan maknanya.

Closing ceremony menjadi puncak yang meriah sekaligus emosional. Bernadya hadir dengan suara lembut yang menenangkan hati, lalu The Changcuters menggebrak dengan energi yang mempersatukan semua hadirin. Di tengah sorak dan nyanyian, ada rasa kebanggaan karena perjuangan panjang telah terbayar lunas. Semua yang hadir—baik peserta, panitia, maupun penonton—merasakan sebuah kebersamaan yang sulit tergantikan. Momen ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bukan datang dari kesempurnaan, melainkan dari kebersamaan dan perjuangan yang tulus.

Lebih dari sekadar perayaan, CC Cup XL menyampaikan pesan penting bagi anak muda Indonesia: karakter dibentuk dalam dinamika nyata. Anak muda belajar bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan kesempatan untuk bangkit. Mereka memahami bahwa kemenangan tidak ada artinya tanpa sikap rendah hati. Mereka juga merasakan bahwa kerja sama dan solidaritas mampu menembus segala keterbatasan. Nilai-nilai inilah yang selaras dengan semangat magis—semangat untuk terus melampaui diri sendiri, untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.

Sebagai sebuah ajang, CC Cup XL 2025 meninggalkan warisan yang lebih berharga daripada sekadar daftar pemenang. Ia meninggalkan cerita perjuangan, kerja keras, tawa, air mata, dan keberanian. Semua itu menjadi bekal bagi generasi muda untuk menghadapi dunia yang tidak pernah sempurna. Justru di dalam ketidaksempurnaan itulah tersimpan pelajaran hidup yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun