Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mampukah Guru Membangun Mimpi Menapaki Jalan Sufi?

11 Februari 2022   11:45 Diperbarui: 11 Februari 2022   20:28 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu dinamis dan terus berkembang menuju makna hidup yang hakiki yaitu dekatnya diri kepada sang Khaliq (Allah SWT). Begitulah sepenggal pemaknaan hidup dalam pandangan kaum sufi. Mereka mengepakkan sayapnya tahap demi tahap menuju piramida puncak kehidupan yang hakiki. Tahap di mana mata hatinya tembus dengan sang Maha Abadi.

Sebagai upaya mencapai hidup yang hakiki, sufi mengenalkan empat tahap atau etape kehidupan manusia menuju Khaliq-Nya yaitu tahap syariat, tarikat, hakikat dan ma'rifat.

Tahap syariat ditandai dengan tindakan menjalankan perintah dan menjauhi larangan yang telah digariskan. Tahap ini seseorang menjalankan peribadatan semata-mata menjalankan perintah. Pendek kata bahwa semua aktivitas peribadatan lebih dominan pada niatan menggugurkan kewajiban.

Tahap hakikat yaitu tahap seseorang menemukan makna suatu aturan yang dijalankan. Perintah shalat, puasa, zakat maupun haji dipahami sebagai aturan yang mempunyai makna dibalik semua aturan yang ada. Maka pada tahap ini seseorang dalam melakukan kegiatan sudah bisa mengetahui apa tujuan aktivitas tersebut dilakukan.

Tahap tarikat ditandai dengan upaya atau langkah seseorang mendekatkan diri pada sang Khaliq. Pada tahap ini seseorang sudah berusaha menggunakan langkah tertentu dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka tarikat sering dikatakan sebagai tahap mendapatkan jalan kebenaran.

Tahap ini ditandai dengan pengulangan yang terus menerus. Melalui proses pengulangan ini seorang sufi mendapatkan jalan kebenaran (pencerahan) jiwa menuju sang Khaliq.

Tahap terakhir adalah tahap ma'rifat yaitu tahap puncak kebenaran yang sudah diperoleh. Tahap ini ditandai dengan terbukanya hijab antara diri seseorang dengan Tuhannya. Dengan kata lain pada tahap ini seseorang sudah bisa merasakan kehadiran sang Khaliq (Allah SWT) dalam seluruh kesadarannya. Mata hatinya tembus dengan sang Maha Abadi. Sebagai tahap puncak kebenaran hakiki, maka seseorang dalam melakukan kegiatan bukan lagi diarahkan  pada tendensi apapun kecuali kepada sang Khaliq (Allah SWT).

Mampukah Guru Menapaki Jalan Sufi? 

Kepak sayap guru dalam menapaki jalan profesinya membutuhkan waktu yang panjang. Maka seorang guru mendapatkan hikmah dalam menjalani tugas profesinya tentunya tidak bisa secara tiba-tiba. Proses yang dijalaninya juga mengalami tahapan. Proses yang dijalani memerlukan waktu yang lama. Secara perlahan dan bertahap seorang guru akan memperoleh hikmah profesinya. Hikmah tersebut akan diperoleh manakala guru secara 'sadar' berkenan untuk mengasah pikiran dan jiwanya, memahami tugas pokok yang menjadi tanggungjawabnya, menghayati tentang kemuliaan tugas yang dijalankan serta menyadari sepenuh jiwa bahwa tugas utama guru adalah tugas pencerahan akal dan jiwa peserta didiknya.

Proses panjang tersebut tidak ubahnya seperti perjalanan seorang sufi memperoleh pencerahan jiwanya. Proses ibadah yang dilakukan dari tahapan yang bersifat formalitas sampai akhirnya menemukan hikmah dari perintah menjalankan kewajiban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun