Mohon tunggu...
Cintia Gita Pramesi
Cintia Gita Pramesi Mohon Tunggu... Penulis - Communication | Sharing Oriented | Instagram: gitaaa.c

❝Manusia terhebat dengan ide terhebat sekalipun bisa dijatuhkan oleh orang terkecil dengan pola pikir tersempit—tetaplah berpikir besar.❞ (John Maxwell)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hubungan Interaksi di Media Sosial dalam Pendekatan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

3 Desember 2021   14:48 Diperbarui: 7 Desember 2021   10:17 5156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover  - Hubungan Interaksi di Media Sosial dalam Pendekatan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi/Dokumentasi pribadi

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Era digital di Indonesia saat ini berkembang begitu pesat dengan total pengguna internet pada tahun 2021 mencapai angka 43 juta. Dalam era digital, interaksi yang berlangsung kini tak hanya secara tatap muka saja melainkan dapat dilakukan melalui perantara teknologi dan internet. Dunia digital hadir dengan memunculkan banyak perubahan yang terjadi dalam aktivitas berkomunikasi dan interaksi di tengah masyarakat yang dimana mulai terciptanya aplikasi interaksi berbasis internet, media bersosialisasi secara virtual seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan sebagainya. Perkembangan teknologi yang disebabkan oleh perkembangan digital membuat suatu konvergensi media sehingga diperlukannya adaptasi untuk menyesuaikan kecanggihan masa kini.

Konvergensi media adalah penggabungan beragam media ke dalam satu platform di dalam teknologi digital. Bergabungnya media ke dalam ruang lingkup yang sama memiliki potensi untuk menjadi media 3C, yaitu computing, communication, dan content. Salah satu contoh konvergensi media adalah live streaming berita yang kini dapat ditampilkan di Televisi dan YouTube atau platform online. Konvergensi ini membuat masyarakat harus dapat menyesuaikan dan mempersiapkan diri untuk cakap dalam penggunaannya agar tidak tertinggal dan siap bersaing.

Adanya konvergensi media menyebabkan masyarakat lebih mudah dalam berinteraksi. Pengguna teknologi digital dapat mengakses foto, gambar, dokumen, video, dan audio melalui platform yang sama seperti handphone, laptop, dan komputer yang dapat diakses secara mudah dan dapat digunakan sebagai sarana berinteraksi antar individu maupun kelompok, salah satu contohnya seperti di media sosial. Menurut Nasrullah (2015), media sosial adalah medium di internet yang dapat digunakan oleh pengguna untuk merepresentasikan dirinya atau berinteraksi, berkolaborasi, berbagi, dan juga berkomunikasi antar pengguna di ruang sosial secara virtual.

Secara global, menurut data riset We Are Social yang dilakukan pada bulan Febuari 2021, terdapat 4,20 miliar pengguna media sosial dengan total 53% dari populasi di dunia. Di Indonesia, pengguna media sosial tercatat sebanyak 170 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan penggunaan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya dengan total peningkatan sebanyak 10 juta atau 6,3% dibandingkan tahun 2020. Banyaknya pengguna media sosial membuat interaksi di dunia maya dan dunia nyata menjadi lebih kompleks, maka dari itu hubungan interaksi yang tumbuh saat ini dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. 

2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan interaksi di media sosial dengan filsafat komunikasi dalam pendekatan ontologi, epistemologi, dan aksiologi?

3. Tujuan

Kajian filsafat komunikasi ini bertujuan untuk mengetahui interaksi yang terjadi di tengah masyarakat digital di media sosial melalui pendekatan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Pembahasan

1. Filsafat Komunikasi

Filsafat komunikasi adalah bidang kajian fundamental ilmu komunikasi, mulai dari teori hingga segala sesuatu yang berhubungan dengan filsafat komunikasi. Menurut Profesor Onong Uchjana Effendy, Filsafat Komunikasi adalah bidang yang membahas teori secara fundamental, sistematis, analitis, kritis dan holistik. Selain itu, Filsafat Komunikasi mengkaji proses komunikasi, yang mencakup semua dimensi sesuai dengan bidang, jenis, urutan, tujuan dan fungsinya, teknologinya dan perannya. Sedangkan menurut Richard Logan, filsafat komunikasi adalah bidang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan “Apa yang saya ketahui? Bagaimana Anda tahu? Saya yakin? Apakah saya benar?”.

Filsafat komunikasi memiliki beberapa pendekatan, yaitu:

  • Ontologi Menurut Suparlan (2005) ontologi berarti mempelajari atau mempelajari makna “ada” dan “berada” melalui sifat-sifat dasar yang ada dalam bentuk yang paling abstrak. Ontologi adalah teori yang membahas tentang hakikat ilmu pengetahuan. Hakikat dapat dinyatakan sebagai suatu realitas yang utuh dan benar. Selain itu, ontologi adalah studi tentang materi dan objek formal ilmu pengetahuan, yaitu empiris. Dari sudut pandang ontologis, ilmu komunikasi dipahami melalui objek material dan formal. Dari sudut pandang ontologis, objek material ditafsirkan sebagai level yang paling abstrak. Di sisi lain, dari sudut pandang ontologis, objek formal menganggap komunikasi sebagai sudut pandang, yang menyediakan kerangka dimensi penelitian itu sendiri.
  • Epistemologi merupakan ilmu yang membahas mengenai hakikat pengetahuan, bagaimana sistem bekerja, kebenaran, logika, atau pemikiran sistematis. Epistemologi adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, karena epistemologi adalah teori pengetahuan yang tak terpisahkan dari ontologi.
  • Aksiologi adalah teori tentang nilai yang secara umum berkaitan dengan kegunaan atau manfaat dari pengetahuan yang diperoleh. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia mempelajari ilmu pengetahuan, aksiologi berperan dalam mencari dan menemukan manfaat serta nilai guna.

2. Hubungan Interaksi di Media Sosial dengan Pendekatan Filsafat Komunikasi

Era teknologi digital membawa masyarakat harus beradaptasi dengan segala bentuk perubahan dan kecanggihan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Di tahun 2021 ini, masyarakat sudah menjadi masyarakat digital yang memanfaatkan konvergensi media sebagai sarana interaksi dan informasi di dalam kehidupan. Salah satunya adalah media sosial sebagai platform interaksi global yang berfungsi sebagai tempat untuk bertukar pikiran, informasi, komunikasi, dan lainnya. Adanya interaksi di media sosial juga berdampak pada kehidupan di dunia nyata. Seperti contoh pada awalnya seseorang tidak saling mengenal, akhirnya berkomunikasi melalui media sosial, kenal secara daring, dan menumbuhkan hubungan interaksi yang positif sehingga dampak dari interaksi mereka memberikan dampak baik dalam kehidupan sehari-hari seperti dimudahkannya segala bentuk permasalahan karena adanya solusi-solusi yang diberikan, terpecahkannya masalah karena adanya problem solving yang baik, serta adanya dukungan yang diberikan. Contoh lainnya jika disesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19 saat ini adalah para dosen yang memberikan tugas secara daring kepada mahasiswa/i nya dan memberikan instruksi untuk memposting tugas tersebut ke media sosial  (Contoh: Tugas poster kampanye, menulis opini, videografi, dsb), maka interaksi tidak hanya terjadi di media sosial saja tetapi juga terjadi interaksi di dunia nyata yang dimana nantinya para audiens dapat memaknai tugas yang dipublikasikan, mendapatkan pengetahuan baru, memberikan dampak pada dunia nyata untuk meningkatkan kesadaran terhadap suatu isu yang terjadi, dan juga dapat dijadikan bahan diskusi secara tatap muka.

Kehadiran media sosial melahirkan interaksi yang lebih beragam, bebas, dan global. Kita dapat berinteraksi tanpa batas ruang dan waktu, dan juga tidak terbatas oleh jarak. Kita dapat berkomunikasi dengan siapapun di penjuru dunia melalui media sosial. Jika dikaji dengan 3 pendekatan filsafat komunikasi, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi, kita dapat lebih merasakan hubungan interaksi di media sosial dengan filsafat komunikasi.

  • Ontologi, dalam pendekatan ontologi, pendekatan ini membahas mengenai apa dan bagaimana pengetahuan mengenai interaksi di media sosial, berhubungan dengan bagaimana seseorang berinteraksi, mencari aktualisasi, eksistensi, dan aktivitas komunikasi yang dapat diukur sehingga dapat menghasilkan data yang dapat diolah, diintepretasikan, dan ditarik menjadi suatu kesimpulan. Secara ontologis, interaksi di media sosial adalah kegiatan yang memang terjadi (ada) karena dapat dibuktikan dengan kita menganalisis kegiatan di media sosial. Interaksi yang terjadi sangat beragam mulai dari interaksi 2 arah, 1 arah, group discussion, hingga melibatkan massa yang besar. Interaksi terjadi karena kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari kita harus berkomunikasi dengan orang lain untuk bertukar sesuatu, baik informasi, pesan, maupun argumentasi.
  • Epistemologi, dalam pendekatan epistemologi, pendekatan ini berfokus untuk menggambarkan pengetahuan atau membahas suatu pengetahuan mengenai keabsahan fungsi interaksi di media sosial secara ilmiah. Interaksi di media sosial dibuktikan dengan adanya data riset dari website We Are Social yang mengumpulkan data untuk mencari jawaban atas pengetahuan tentang interaksi di media sosial bagaimana seseorang melakukan interaksi di dalamnya dan persentase pengguna dengan menunjukkan angka pengguna media sosial tercatat sebanyak 170 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan penggunaan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya dengan total peningkatan sebanyak 10 juta atau 6,3% dibandingkan tahun 2020. Sebanyak 170 juta atau 61,8% masyarakat Indonesia terdata menjadi pengguna media sosial secara aktif.
  • Aksiologi, dalam pendekatan aksiologi, pendekatan ini membahas tentang nilai apa yang nantinya akan diperoleh dari hasil interaksi di media sosial. Apa kegunaan dan manfaatnya bagi para pengguna media sosial, apa manfaatnya bagi    pengetahuan dan nilai-nilai moral. Pendekatan ini mempertanyakan nilai dari segala aktivitas yang terjadi di media sosial. Dalam proses interaksi, aksiologi akan memandang mengenai “apa manfaatnya bagi pengguna media sosial untuk berinteraksi dalam kasus ini?” sehingga untuk menghadapi interaksi di media sosial, tentunya ada banyak potensi terjadinya hambatan dalam berkomunikasi. Filsafat komunikasi dalam pendekatan aksiologi berkontribusi untuk memberikan manfaat dan nilai kepada pengguna media sosial untuk lebih mengantisipasi ancaman kejahatan digital sehingga dapat melindungi orang-orang di sekitar. Contohnya ketika media sosial sedang dihebohkan dengan media yang menyoroti kasus kejahatan digital dalam fitur Instagram “Drop Your Challenge”, pengguna media sosial berinteraksi secara aktif untuk menunjukkan letak bahaya dan antisipasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun