Mohon tunggu...
Cindy Puspa Firdausari
Cindy Puspa Firdausari Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Indonesia

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepekaan Multikultural Perawat sebagai Pilar Eskalasi Reputasi Profesi

22 Desember 2023   16:00 Diperbarui: 22 Desember 2023   16:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diversitas, nyatanya hanya sebuah kata yang di dalamnya mewakilkan beragam hal. Sama halnya dengan multikultural, yang diinterpretasikan sebagai keberagaman kehidupan dari proses integrasi suku bangsa, budaya, dan agama, dengan penyertaan kebijakan kebudayaan dari segi sistem sosial-budaya, nilai-norma, dan politiknya. Kilas balik bahwa di negara kita Indonesia, terdapat keberagaman yang menjadikan masyarakatnya memiliki pemahaman multikulturalisme. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pula beragam persepsi masyarakat terhadap keberagaman itu sendiri, seperti sebagian masyarakat mungkin akan bersikap terbuka dan sebagian masyarakat lainnya akan bersikap konservatif terhadap keberagaman tersebut, yang mungkin saja hal ini dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor, seperti kurangnya pendidikan ataupun eksposur terhadap keberagaman.

Sebagai langkah dalam memangkas beragam persepsi tersebut, keperawatan menghadirkan pembelajaran sistematis terkait multikulturalisme, sebagaimana yang termaktub dalam teori yang dikemukakan oleh Madeleine Leininger, yaitu Culture Care Diversity. Dalam hal ini, multikultural menjadi pembelajaran esensial karena pada realitas yang tidak terbantahkan bahwa perawat akan dihadapkan dengan beragam pasien dari latar belakang budaya yang berbeda. Sehingga, sudah semestinya pemahaman akan multikultural menjadi hal yang niscaya dieksplorasi oleh perawat dan dalam penyertaannya pada implementasi di asuhan keperawatan sebagai kualifikasi penting.

Tidak hanya sampai di situ, ternyata di Amerika Serikat sendiri telah berdiri adanya Multicultural Nursing Association (MNA), yang merupakan sebuah organisasi mahasiswa di University of Lowa. Organisasi ini merupakan aliansi dari mahasiswa keperawatan dan profesi perawat yang berfokus dalam membimbing perawat masa depan yang responsif dan peka terhadap budaya dalam aktualisasi asuhan keperawatan yang berkualitas. Menurut American Nursing Association (2015) dalam buku Nursing Scope and Standards of Practice (3rd Edition), pada bagian Standar Praktik Keperawatan Profesional terdapat 17 daftar standar yang harus dikuasai oleh para perawat dan salah satunya terdapat kompetensi, yaitu praktik yang selaras dengan budaya.

Dalam pembelajaran terkait multikulturalisme perawat, diajarkan tentang bagaimana perawat dapat menunjukan rasa hormat, empati, dan kesetaraan dalam tindakan, terhadap preferensi budaya atau hak klien sebagai sebuah pengambilan keputusan yang etis; lalu tentang bagaimana menghadirkan adanya sikap anti-diskriminasi dalam praktik keperawatan; dan tentang bagaimana keterampilan berkomunikasi efektif dalam lintas budaya (McFarland & Wehbe-Alamah, 2015).

Keefektivitasan pembelajaran multikulturalisme perawat, dibuktikan dalam suatu jurnal penelitian kesehatan Indonesia, yang dipaparkan oleh Binteriawati, Y., et al (2020) dalam Literature Review: Pengalaman Perawat Terkait Pelaksanaan Cultural Competence di Ruang Intensive Care Unit, yang mana dalam hasil dan pembahasannya menunjukan bahwa perawat harus memiliki kompetensi secara budaya sebagai langkah efektif dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas karena akan memengaruhi proses perawatan dan kepuasan pasien khususnya pada aspek komunikasi efektif yang menjadi indikator krusial, yang sejatinya ruangan ICU merupakan ruangan dengan tingkat tantangan yang tinggi baik secara fisik maupun mental. Selain itu, dinyatakan bahwa keluarga pasien lebih memberikan kepercayaannya kepada perawat yang memiliki kapabilitas secara budaya karena dianggap dapat menciptakan lingkungan perawatan yang inklusif, sehingga dapat berorentasi pada internalisasi hubungan positif perawat-pasien-keluarga.

Utilitas multikulturalisme perawat dalam mengoptimalkan mutu layanan keperawatan, mencorakkan beragam dimensi. Karena sejatinya kompetensi tersebut melahirkan sikap mampu menghargai nilai-nilai, norma, dan preferensi budaya klien, yang serta merta hal ini memanifestasikan pemberian asuhan keperawatan yang bersifat intimasi atau individualis, sehingga hal ini membuat adanya persepsi positif masyarakat bahwa perawat mampu berorientasi kepada klien (respect to other) (Rias, Y. A., et al., 2021). Niscaya, hal ini didukung oleh penyertaan komunikasi efektif yang telah dikuasai oleh perawat dalam nuansa budaya, sehingga meminimalisasi adanya miskonsepsi atau kesalahan interpretasi dalam berkomunikasi dan menjalin relasi antara perawat-klien-keluarga. Hal tersebut, juga menjadi cabangan utilitas ke arah peningkatakan akurasi dalam merencanakan dan memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga dalam pendekatannya dapat membawa keefektifan, karena tidak adanya unsur-unsur diskriminasi atau stigmasi.

Inilah harapan dan ambisinya, menilik hasil dari adanya pernyertaan kepekaan multikulturalisme perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan, menghadirkan kesadaran bahwa hal ini penting dalam membawa pengaruh terhadap keefektivitasan asuhan keperawatan. Penanaman kualifikasi multikulturalisme ini memungkinkan pengubahan atas persepsi masyarakat terhadap profesi perawat. Masyarakat akan memandang bahwa perawat mampu adaptif dan orientatif terhadap budaya yang sifatnya cenderung dinamis, karena alih-alih perawat itu mampu menghadirkan terciptanya lingkungan perawatan yang inklusif dan kooperatif berdasarkan kebutuhan klien. Seiring dengan berjalannya waktu, andaikata sikap kepekaan multikulturalisme ini terus dicanangkan, maka akan membawa keberhasilan dalam peningkatan reputasi profesi perawat. Karena kelak profesi perawat akan menjadi eminensi atas dasar pengubahan pandangan atau pengurangan stigmasi dari masyakarat.

REFERENSI

American Nursing Association. (2015). Nursing Scope and Standards of Practice (3rd Ed.). Silver Spring, MD: ANA.

Binteriawati, Y., et al. (2020). Literature Review: Pengalaman Perawat Terkait Pelaksanaan Cultural Competence di Ruang Intensive Care Unit (ICU). Faletehan Health Journal, 7(1), 52–61. https://journal.lppm-stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/download/125/45/

McFarland, M. R. & Wehbe-Alamah, H. B. (2015). Leininger's Culture care Diversity and Universality (3rd Ed.). Burlington: Jones & Bartlett Leraning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun