Mohon tunggu...
Cindy Florencine
Cindy Florencine Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Jadilah pribadi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Pemuda yang Produktif dan Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0

10 Desember 2021   08:54 Diperbarui: 10 Desember 2021   09:05 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih tentu berdampak besar terhadap segala aspek kehidupan manusia, terutama dalam bidang teknologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada hingga saat ini memudahkan kita dalam melakukan berbagai aktivitas, bahkan perkembangan teknologi yang pesat ini ditandai dengan berbagai penemuan inovatif sekaligus menakjubkan, misalnya saja hadirnya robot dalam menyajikan menu di berbagai restoran yang biasanya dilakukan oleh tenaga manusia. Berkembangnya teknologi pada akhirnya memunculkan fenomena Revolusi Industri 4.0. Lalu, apa itu Revolusi Industri 4.0? Dikutip dari laman Forbes, Revolusi Industri 4.0 dapat diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan AI. . Intinya, teknologi lah yang memiliki andil besar dalam mengambil setiap keputusan tanpa adanya keterlibatan manusia di dalamnya. Disinilah peran pemuda untuk memajukan bangsa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Pemuda sebagai agen perubahan tentu memiliki potensi yang luar biasa dalam membawa perubahan kearah positif bagi bangsanya dengan semangat kreativitas dan inovasi yang tinggi. Revolusi Industri 4.0 saat ini sangat dibutuhkan bagi generasi muda karena saat ini segala sesuatu dikuasai teknologi, bahkan seperti yang telah dikatakan di atas bahwa Industri 4.0 tidak lagi melibatkan manusia dalam membuat keputusan. Hal ini sebenarnya cukup miris, bukan lagi manusia yang mengendalikan teknologi, namun teknologi lah yang menguasai, mengatur, mengendalikan, bahkan mengambil alih pekerjaan yang pada dasarnya merupakan tugas dari manusia. Era Revolusi Industri tentu menjadi tantangan tersendiri bagi bangs aini, terutama kaum muda; meskipun para pemuda sebenarnya memiliki bekal yang cukup untuk dapat menguasai teknologi.

Dalam penerapan Revolusi Industri di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Tentu ada hambatan yang menanti generasi milenial di tengah Industri 4.0 ini. Dikutip dari https://jurnal.unpad.ac.id/ , saat ini pemuda Indonesia menghadapi setidaknya 3 hambatan, yakni: Pertama, krisis kepercayaan diri. Permasalahan yang dihadapi pemuda saat ini yaitu kepercayaan diri yang kurang. Padahal, revolusi industri menuntut orang untuk berpikir cepat dan memiliki kemampuan untuk mengaktualisasi diri yang dapat ditampilkan di media sosial, sehingga sebagian generasi milenial mau tidak mau ikut dalam perkembangan teknologi ini, akibat dari revolusi industry 4.0 setiap orang memiliki alasan untuk menampilkan diri secara berbeda-beda. Terkadang seseorang ingin dipandang sebagai sosok yang sempurna, sehingga mereka menampilkan sisi terbaiknya di atas "panggung", dan kesan sempurna inilah yang jelas dapat kita lihat di sosial media. Jika mereka tidak mampu menampilkan sisi sempurnanya maka hal tersebut akan menurunkan krisis kepercayaan diri sehingga ketika menghadapi era industry 4.0 mereka tidak siap.

Kedua, Kesehatan fisik & psikis yang jauh lebih buruk dibanding kaum dewasa. Tentu hal ini sangat mengejutkan bagi kita.  Memang pada dasarnya para pemuda sangat lekat dengan teknologi, sehingga bukanlah hal sulit bagi mereka untuk bisa beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0. Akan tetapi, secara fisik dan psikis kaum muda yang rata-rata berusia 20-30an memiliki kondisi fisik dan mental yang jauh lebih rendah. Hal ini disebabkan adanya stres jangka panjang, kecemasan, depresi atau kualitas hidup yang lebih rendah yang dialami kaum muda dalam masalah pekerjaan, hubungan, dan rumah tangga. Menurut Andri (2010), generasi milenial paling banyak mengalami tekanan kehidupan dan pekerjaan, pola revolusi industry 4.0 menuntut perusahaan bekerja lebih cepat serta kondisi perekonomian yang kurang stabil dan faktor asupan makanan menjadi faktor yang berpengaruh kepada kesehatan mental generasi milenial, dimana mereka cenderung Self Centered dan ingin menjadi pusat perhatian yang sebenarnya kondisi itu dipengaruhi perkembangan media sosial.

Revolusi Industri dipandang sebagai bagian dari adanya modernisasi. Menurut saya fenomena ini bisa dianalisis dengan teori modernisasi yang salah satunya dicetuskan David McCleland. Beliau mengemukakan bahwa  modernisasi memberikan kesempatan untuk setiap individu mempercepat proses pembangunan yang berpedoman dengan menjadi wiraswasta. Harapan inilah yang berupaya mendorong agar masyarakat menjadi mandiri dan berdaya. Teori modernisasi menganggap bahwa pada umumnya negaranegara terbelakang akan menempuh jalan yang sama dengan industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi (Light, dkk, 1989). Teori ini berpendapat bahwa pada hakekatnya masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap "tinggal landas" (take-off) ke arah suatu perkembangan ekonomi.

Dalam fenomena ini, setiap pemuda harus mempersiapkan diri dalam menghadapi era revolusi Industri yang segala sesuatunya serba teknologi. Memang pada dasarnya kehidupan kaum milenial melekat terhadap teknologi, namun seperti yang kita ketahui anak muda zaman sekarang terlihat lebih tertarik untuk mempelajari hal-hal diluar pengembangan dirinya, misal bermain game. Jika selalu seperti itu, maka dapat dipastikan para pemuda tidak mungkin berada di tahap "tinggal landas" (take-off) ke arah suatu perkembangan ekonomi; atau dalam hal ini bertahan di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat dan kondisi ekonomi yang dinamis.

Melihat adanya berbagai tantangan yang ada, tentu pemerintah Indonesia hendaknya mempersiapkan diri sehingga generasi muda dapat menjadi pribadi yang produktif dan kreatif dan bisa bersaing di era Revolusi Industri ini. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar menjelaskan, ada beberapa bidang yang harus dipersiapkan. Beberapa di antaranya yakni melakukan peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine, komunikasi human-to-machine, AI, serta pengembangan teknologi berkelanjutan. Yang terpenting adalah pengoptimalisasian Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada melalui berbagai kegiatan sosialisasi terkait pentingnya menjadi individu yang produktif dan inovatif. Dan hal itu hanya bisa dilakukan dalam institusi pendidikan.

Dunia akademis menjadi wadah penting para pemuda agar mampu kreatif di masa revolusi industry 4.0. Para pemuda bisa memulainya dengan membuka bisnis kecil-kecilan, Bisnis yang sederhana pun pada dasarnya juga akan menjanjikan apabila kita telaten dan tahu peluangnya. Jadilah pemuda yang efisien, unik, kreatif, dan konsisten dalam menciptakan peluang. Kita bisa menggunakan analisis SWOT dalam usaha yang kita jalani atau produk yang sedang kita buat. Setidaknya dari situ kreativitas dan inovasi dalam diri kita mulai terbangun. Dari sinilah kelak kita akan mampu bertahan dalam menghadapi era industry 4.0.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun