Mohon tunggu...
Cyndi Ayu Utami
Cyndi Ayu Utami Mohon Tunggu... mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila sebagai Fondasi Karakter Atlet Indonesia: Membangun Sportivitas di Era Modern

13 Oktober 2025   18:20 Diperbarui: 13 Oktober 2025   18:13 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Olahraga bukan sekadar aktivitas fisik yang bertujuan untuk kesehatan atau prestasi semata. Di Indonesia, olahraga memiliki peran yang lebih besar sebagai sarana pembentukan karakter bangsa yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Ketika kita melihat atlet Indonesia berprestasi di kancah internasional, sebenarnya kita tidak hanya menyaksikan kemenangan fisik, tetapi juga cerminan dari implementasi nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam dalam jiwa mereka.

Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan bahwa setiap pencapaian dalam olahraga harus dilandasi rasa syukur dan kesadaran spiritual. Banyak atlet Indonesia yang selalu berdoa sebelum bertanding dan mengucap syukur setelah meraih prestasi. Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan bukan semata hasil kerja keras manusia, tetapi juga anugerah dari Tuhan. Nilai religiusitas dalam olahraga mampu meningkatkan mental atlet karena mereka memiliki pegangan spiritual yang kuat saat menghadapi tekanan kompetisi.

Kemanusiaan yang adil dan beradab, sebagai sila kedua, tercermin dalam sikap sportivitas dan fair play. Dalam setiap pertandingan, atlet Indonesia diajarkan untuk menghormati lawan, menerima kekalahan dengan lapang dada, dan merayakan kemenangan tanpa merendahkan orang lain. Pendidikan karakter berbasis Pancasila dalam olahraga dapat membentuk sikap toleransi dan empati antar atlet dari berbagai latar belakang. Contohnya terlihat ketika atlet dari berbagai daerah berkumpul dalam tim nasional, mereka mampu mengesampingkan perbedaan suku dan budaya demi satu tujuan bersama.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia, sangat relevan dengan dunia olahraga nasional. Olahraga menjadi alat pemersatu bangsa yang efektif, di mana dukungan terhadap tim nasional atau atlet nasional mampu menyatukan jutaan rakyat dari Sabang sampai Merauke. Saat Indonesia berlaga di Sea Games, Asean Games, atau Olimpiade, tidak ada lagi sekat perbedaan. Semua bersatu mendukung merah putih. Olahraga prestasi nasional berkontribusi besar dalam membangun rasa nasionalisme dan identitas kebangsaan, terutama di kalangan generasi muda.

Keempat, sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengajarkan pentingnya musyawarah dalam organisasi olahraga. Setiap keputusan dalam tim, klub, atau federasi olahraga seharusnya diambil secara demokratis dengan mendengarkan aspirasi semua pihak. Manajemen olahraga yang demokratis dan partisipatif dapat menghasilkan kinerja tim yang lebih solid dibandingkan dengan sistem yang otoriter.

Terakhir, sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengingatkan kita bahwa akses terhadap olahraga harus merata. Tidak hanya atlet dari kota besar yang berhak mendapat fasilitas dan pembinaan berkualitas, tetapi juga anak-anak di daerah terpencil. Masih terdapat kesenjangan fasilitas olahraga antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia, yang berdampak pada minimnya regenerasi atlet dari daerah. Pemerintah dan pihak terkait perlu memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan bakatnya.

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam olahraga bukan hanya tanggung jawab atlet, tetapi juga pelatih, official, penonton, dan seluruh elemen masyarakat. Kita harus menjadikan olahraga sebagai ruang edukasi karakter, bukan ajang menghalalkan segala cara demi kemenangan. Kasus kecurangan, kekerasan dalam pertandingan, atau sikap arogansi harus diberantas karena bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Di era modern yang serba kompetitif ini, tekanan untuk menang sering kali membuat orang lupa pada esensi olahraga itu sendiri. Pancasila hadir sebagai kompas moral yang mengingatkan bahwa prestasi tanpa karakter adalah kosong. Atlet yang berkarakter Pancasila tidak hanya membawa pulang medali, tetapi juga menjadi teladan bagi generasi muda. Mereka membuktikan bahwa kemenangan sejati adalah ketika kita bisa menang dengan cara yang terhormat dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Sebagai penutup, mari kita jadikan Pancasila bukan sekadar simbol, tetapi nilai yang benar-benar hidup dalam setiap aktivitas olahraga kita. Dengan begitu, olahraga Indonesia tidak hanya menghasilkan juara-juara di lapangan, tetapi juga melahirkan manusia-manusia berkarakter yang menjadi kebanggaan bangsa.

Referensi:

Rahmadani, A., & Wahyudi, T. (2021). Peran penting pendidikan jasmani terhadap pembentukan karakter siswa. Jurnal Ilmiah SPIRIT, 21(1), 45–55. https://ejournal.utp.ac.id/index.php/JIS/article/download/3553/520522151

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun