Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Sia-sia

21 Januari 2021   05:58 Diperbarui: 21 Januari 2021   06:02 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

"Dru, kau punya nurani, kau punya naluri. Ajak mereka bicara tentang pasanganmu. Jangan kau debat jika kau yakin dia bukan untukmu. Semua mahluk berbeda. Tapi ketahuilah, mempersatukan yang kau anggap sama lebih mudah dibandingkan mempersatukan yang jelas berbeda. Dulu kuanggap semua akan baik-baik saja. Toh Prakoso sangat mencintaiku. Rupanya itu hanya cangkang. Semua berubah saat aku tatap matanya, aku rasa hatinya, dan aku libatkan Tuhan dalam setiap perjalananku."

"Tapi bertahun kau bersamanya kau sabar sekali Eliz. Jika kau tak bahagia kenapa kau bisa selama itu. Padahal kau tinggal pergi saja dari dia."
"Tidak semudah itu, dia kasar. Kau perlu tahu, aku bisa bernafas lega saja aku bersyukur. Karena didekatnya selalu saja salah, mungkin aku kedipkan mata saja buat dia adalah kesalahan. Baginya kehadiranku hanya bikin hidupnya susah."

Aku cerna setiap kata dari Eliz. Ini bukan kebetulan. Tuhan izinkan aku datang ke sini bukan kebetulan tapi pasti punya makna.

Aku masih bekerja. Aku masih punya cinta. Aku masih dapat menjalankan kehidupanku dengan layak. Aku yang picik. Aku lupa juga dengan Tuhan. Aku sudah lama tak mengingat Tuhan, aku sibuk dengan kebahagian yang seolah tak pernah datang.

Mataku masih bisa melihat, nafasku masih menjadi milikku, semua gerakan di hari ini masih baik-baik saja. Ya Allah Ya Tuhan, terima kasih untuk segala hal yang kau beri. Aku malu padamu Tuhan.

Terlalu sibuk puaskan diri. Terlalu sedih karena ulah Bram. Terlalu rendah caraku menilai orang.

"Dru sayang, tak ada manusia yang sempurna. Biarlah yang sudah. Kau jangan salahkan dirimu."
"Eliz, kau tak berbahagia dan kau bicara tentang sempurna?"
"Hei kau salah sayang, aku bahagia. Aku sangat berbahagia, perjalanan hidupku sangat berwarna hingga aku bisa bercerita banyak soal kehidupan padamu."
"Tapi kau miskin Eliz, kau tinggal di ujung Lorong kotor yang berbau tinja, kau makan harus meminta-minta, kau kerap tersiksa dengan pernikahanmu, kenapa kau tak akui kalau kau tersiksa karena ulan Prakoso."

"Sssst, dia sudah tak ada. Dulu aku tak berbahagia, aku debat hatiku sendiri karena aku berharap Prakoso berubah. Sekarang ada kamu. Aku tahu kau akan terus mengunjungiku sama seperti kau kunjungi nisan Ibumu setiap saat."

Tangisku pecah. Di sisa hidup Eliz yang kerap mendapatkan perlakuan tak layak masih bisa sebut bahagia karena ada aku.

Apa Tuhan mengutusku untuk bahagiakan Eliz sekaligus menyentilku?

"Berapa lama kau tak cuci badan dan bajumu?"
"Entahlah Dru. Aku lupa. Kau cium aku tak enak ya?"
"Iya, aku tak bohong. Badanmu bau, bajumu kotor, rumah kalengmu aneh sekali. Kasihan sekali kamu Eliz." Aku tersenyum pada Eliz.
"Hahaha, kau ini Dru. Sekarang, kau tetap akan biarkan aku di sini?"
"Tidak Eliz, aku bukan Prakoso. Yuk, ikut aku. Kita sama-sama perbaiki diri dan hidup kita, Tuhan masih izinkan aku bertemu kamu. Aku berdosa jika kubiarkan seorang wanita tua meregang nyawa di sini, sendirian, kotor dan bau sementara tempat tinggalku masih bisa untuk menampung 10 wanita tua sepertimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun