Rumah ini, rumah yang sangat tidak layak, sepanjang mata memandang tak lebih dari 3 barang di dalam kotak kaleng ini. Triplek Kasur, lemari yang sudah ditopang batu, kursi yang bagian sandarannya sudah patah.
Dru merasa haus, dari awal Dru injak kaki ini, dia tak melihat ada piring, gelas atau sendok garpu. Dru tak tahu harus kemana mencari minum.
Setelah memastikan Eliz tertidur. Dru kenakan mantel Eliz untuk melindunginya dari angin  malam.
"Apa aku bilang. Aku kira kau tak sama dengan anak-anak muda tadi siang. Rupanya sama saja, kau mau ambil hartaku itu?"
"Ya Tuhan, kau belum tidur Eliz?"
"Aku tak tidur, aku mau tahu kau mau apa kemari. Kurang apa sih model manusia seperti kalian?"
"No, Eliz. Aku tak bermaksud ambil mantelmu. Aku haus dan aku tidak temukan air juga gelas di sini. Aku hanya kehausan. Demi Tuhan Eliz, aku tak berniat jahat padamu."
Nanar kulihat Eliz. Aku merasa berdosa. Kenapa aku tidak bisa tahan sebentar rasa hausku.
"Eliz, are you ok?"
"Aku baik-baik saja. Tak usah kau cakap English, aku mahir cakap English."
"Sorry Eliz."
"Kau baca ini!"
Sebuah surat kabar dengan tanggal cetak 21 January 1981.
Headline saat itu berbunyi, "Prakoso Hamid, dinyatakan pailit setelah lima perusahaannya terlilit hutang."
"Maaf Eliz, aku tak paham. Siapa Prakoso Hamid, ada hubungan denganmu?"