"Aku tegaskan sekali lagi, jangan hubungi aku apapun alasannya!"
Adzan shubuh baru saja berkumandang, entah kenapa dari semalam Bram teringat terus dengan Dru.
Alarm yang tiba-tiba lupa untuk bangunkan Bram, membuat Bram melewatkan shalat tahajudnya malam ini, pun melewatkan untuk cek DM dari Dru.
"Kamu itu keterlaluan Bram. Aku benci sama kamu."
Alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur.
Setelah beberapa detik terkaget-kaget melihat isi DM dari Dru, segera Bram mengambil wudhu, dengan mata yang masih mengantuk, Bram lemparkan selimut yang dari semalam hanya menjadi penghias saja, karena sama sekali Bram tak merasakan kehangatan.
"Eh aduh, apalagi ini, kamu ngapain sih di situ, siapa yang pindahin kamu? Sakit dengkulku, dasar meja kurang ajar, ganjen banget sampai pindah posisi ke ujung ranjang."
Bram ikut mendumel, dia terlalu cepat bergerak beberapa detik, selimut yang dilempar belum sempurna mendarat, kaki kanan Bram sudah menariknya keluar dari arena pergumulan mimpi Bram.
Alhasil dengkul Bram menyentuh ujung meja dan lumayan membuat nyut-nyutan.
"Ah, sial bener. Ini air kenapa tiba-tiba mati, lupa pula isi air di ember semalam. Terus aku harus tayamum?"
Beberapa detik Bram tatap seisi kamar mandi. Bram colek-colek setiap air tetesan di tempat sabun, pinggiran gayung, shower Bram pukul-pukul kemudian dia cari lagi perlengkapan kamar mandi yang sekiranya bisa ditampung buat jadi air wudhu.