Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seiman dan Beriman

16 Oktober 2020   00:15 Diperbarui: 16 Oktober 2020   14:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Namaku Laela, aku lahir karena terpaksa. Seharusnya aku tak berdosa juga tak perlu tahu alasanku lahir dan hadir di dunia.

Tuhan mengutusku untuk menemani seorang perempuan, yang tampak kuat di luar namun terlalu rapuh di hati paling dalamnya.

Setiap pagi aku tak pernah absen untuk menemani dia, bahkan ketika aku terlelap dia akan meminta pada Tuhan agar aku selalu siap menemani kemanapun dia pergi. Padahal akupun sama, lelah, ingin istirahat juga ingin tertawa lepas tanpa batas hingga semua orang tahu bahwa aku bahagia dan layak untuk lahir.

Sesungguhnya aku tak tega jika melihat dia sedih, menangis bahkan satu kali aku pernah menyaksikan cara dia mengakhiri hidupnya. Aku pikir dengan mendekatkan dirinya pada Tuhan dan tak pernah lupa untuk selalu mengingat Tuhan akan cukup untuk dia beriman namun rupanya cinta telah membuat sedikit iman mulai terkikis.

"Laela, salahku di mana?. Aku ingin hentikan ini semua. Apakah aku sebagai perempuan tak layak untuk bahagia?"
"Tentu saja layak, bukankah salah satu tugasku adalah membuatmu bahagia?"
"Iya aku tahu, tanpamu mungkin aku sudah mati. Tapi sepertinya aku telah salah memilih dan memiliki."
"Kan aku sudah bilang, setiap kau bersujud aku berbisik, saat kau terlelap aku ikut di mimpimu dan setiap kau berdoa aku ikut mengingatkanmu. Kau saja yang bodoh."
"Maaf Laela, aku tak bermaksud untuk tidak mendengarkanmu, hanya saja aku pikir..."
"Ah kau selalu mengelak, aku pikir, aku pikir nyatanya kau tak punya pikiran."

Dasar Dru, jadi perempuan sangat lemah. Padahal di setiap firman yang dihembuskan oleh Bapak di kepala Dru seharusnya cukup untuk menjadi pengingat agar Dru dapat berjalan di jalan Tuhan dengan sempurna.

"Sekarang maumu apa?. Aku seolah tak bermanfaat jika hidupmu penuh dengan keluh kesah?"
"Aku tak punya permintaan aku hanya mau kamu tetap temani aku."
Iya, aku paham. Aku tak akan pernah pergi tinggalkan kamu. Tapi perlu kamu tahu, tugas akhirku bukan hanya menemani setiap langkahmu."
"Kau punya tugas lain?"
"Iya , aku punya tugas lain, hanya saja waktunya belum tiba. Kelak jika tiba aku yakin kamu akan jauh lebih bahagia."

Dru kernyitkan dahinya. Sengaja kubuat dia bingung agar pikirannya sedikit teralih tidak melulu soal Rei yang sudah menyakiti hatinya terlalu dalam.

Aku ingat, saat aku diberi roh, salah satu tugasku adalah untuk membuat bahagia sepasang insan. Aku pikir hal ini sangat mudah, jika bicara sepasang artinya akan bicara pasangan, jika bicara pasangan artinya akan bicara kebahagian yang dimiliki seseorang akan menular ke manusia pasangannya, atau sebaliknya jika sang manusia bersedih, maka manusia lainnya akan mengalami kesedihan yang sama.

Rupanya tidak sesederhana itu, sampai detik ini aku masih harus bergelut dengan seorang Dru.

Saat Rei hadir, aku kira tugasku selesai. Nyatanya sedikitpun Rei tak mau mengenalku. Sapaku, salamku, senyumku bahkan permintaanku ditolak mentah-mentah oleh Rei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun