Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persetan dengan Cinta

25 April 2020   01:09 Diperbarui: 25 April 2020   02:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

"Hahahahahah, eh Menul kamu kalau melamun jangan keterlaluan. Kamu pikir kamu secantik apa?. Boy mana mau dengan perempuan model seperti kamu."
"Memang aku kurang cantik ya?"
"Yeeeee, ngaca tuh di WC!"

Ya ampun Menul betulan pergi ke WC. Padahal di tas dia selalu ada cermin seukuran tangan dewasa yang tak pernah ketinggalan kemanapun dia pergi.

Menul itu memiliki padanan yang sempurna. Kalau tidak mau terjebak dalam lingkaran pesona Menul, jangan bikin Menul tersenyum apalagi tertawa. Rentetan gigi putihnya ditambah lesung pipi yang tidak semua orang punya, semakin menyempurnakan keberadaan Menul di kelas ini.

Sayangnya, kepercayaan diri Menul sangat minim. Padahal sudah berulang kali aku sampaikan bahwa Menul itu cantik dan menawan, tapi dia tak pernah percaya. Buktinya aku bercanda Boy tidak suka saja, dia langsung berkaca.

"Eciiiii, tolong aku!"
"Kamu kenapa sih, suka bikin kaget?"
"Tolong aku, Ci. Aku takut. Ada mahluk besar di pojok WC. Dia mau menerkamku. Katanya darahku terlalu wangi untuk dia tinggalkan"
"Menul, ini masih siang. Kamu kalau ngantuk jangan pergi-pergi. Tidur sana!"
"Aku serius. Ada Mahluk bergigi tajam, sedikit darah ada di ujung taringnya lalu mata memerah dan kepala sedikit retak"

Aku peluk Menul, aku yakin dia teringat kembali dengan masa lalunya. Kasihan kamu Menul, betapa buruk perjalanan hidupmu.

Menul adalah sahabat terbaikku di kelas ini. Salah satu yang membuat Menul terpuruk dan sering tidak percaya diri adalah karena segaris luka di dekat dahinya merupakan masa lalu yang sulit untuk dilupakan.

"Aku takut. Aku marah!!!"
"Sabar Menul."
"Kau tahu Ci. Saat itu aku yakin kalau Risma masih ada di ruangan. Kenapa dia tidak membantuku?"
"Risma sama ketakutan sepertimu."
"Tidak, aku dengar Risma tertawa menyengaja. Aku tersakiti." Menul bicara lirih.

"Hahahaha, aku puas sekarang. Habisi saja dia."
"Yakin Ris, Menul boleh gue apa-apain?"
"Habiskan, aku benci sama dia. Dia pikir dia siapa, beraninya memporakporandakan kepopuleran gue."
"Tapi kalau Menul sampai..."
"Ssssttt, udah. Lakukan saja sampai dia sadari bahwa tidak ada seorangpun yang bisa melebihi Risma."

"Aku dihabisi saat itu Ci. Sakit hatiku. Demi Tuhan aku tak pernah mau menyakiti Risma."

"Kamu tahu, kamu salah apa Menul?"
"Sama sekali tidak. Aku tahu bahwa Risma membenciku saat Rio menemukanku"
"Rio selamatkanmu?"
"Tidak, ruang itu terlalu gelap untuk diketahui orang. Terlalu pengap untuk didengar orang."
"Bagaimana cara Rio menemukanmu?"
"Aku panggil namanya dalam hati. Karena dia aku jadi seperti ini."
"Rio mencintaimu, dia tidak punya salah bukan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun