Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Murah Tak Bisa Marah

29 Maret 2020   22:12 Diperbarui: 30 Maret 2020   19:14 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Aku tak pernah lupa saat satu hari tenggelam di kolam tepat di belakan pesantren tempatku mengaji kala itu. Kolamnya tidak besar, tapi cukup untuk tiga perahu saling beradu tawa, sampai bergoyang kesana kemari lalu setiap yang mendayung akan terciprat lumpur saking dangkal kolamnya. 

Maka ketika aku tenggelam di muka ini bukan saja air yang membasahi rambut di balik kerudungku tapi lumpur, eceng gondok dan sedikit kecebong ikut nyangkut di telingaku.

Aku pikir itu kotoran kuping. Ih jorok bener segede itu tahi kupingnya. Rupanya Kodok kaget waktu aku jatuh, hingga dia kontraksi dan  karena kupingku hangat, dia pikir lobang kupingku adalah ranjang yang tepat untuk dia telurkan isinya. Gila kamu kodok.

Yoni menarik tanganku, dia bawa aku ke tepi kolam lalu dari arah belakang teman-teman mengguyurku dengan air di ember. Aw, ini bukan guyur tapi sudah mirip dengan ember tumpah tapi dibuang dari jarak yang sangat dekat.

Ingatanku saat kecil selalu aku simpan dengan baik, setidaknya saat aku tersiksa seperti saat ini aku masih punya cerita yang bisa menghiburku sendiri. Aku butuk lawakan, aku butuh tertawa. Hal yang sudah hilang hampir 15 tahun ini. Aku tersiksa.

Bak keluar dari mulut buaya lalu masuk ke mulut harimau. Perjalanan percintaanku sangat tidak baik. Aku salah menjatuhkan pilihan . Dan sekarang terlambat. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menjalani dengan tulus.

Hingga kamu datang. Tanpa aku ingat waktunya, kamu berhasil menyusup ke dasar hatiku dengan sempurna. Layaknya alien, kamu sukses menelusuri setiap denyut nadi hingga aku kembali menemukan pelangi yang sempat hilang.

Jangan mencibir kamu, belum pernah merasakan bagaimana rasanya hidup dengan orang yang terpaksa harus kamu temani tidur lantas setelah itu aku harus terpaksa melepaskan seluruh bajuku, bertelanjang lalu bercinta yang dipenuhi dengan desahan palsu, sementara itu  kamu tidak bisa sertakan hasrat di dalamnya. Jangankan untuk bergulat untuk melepas darah keperawanan saja, rasanya aku sangat tidak ikhlas. Padahal dosaku sebagai istri sudah dimulai di situ.

Tak menemukan klimaks, aku sudah menduga dari awal bahkan pada ranjang aku berbisik, tolong kamu berdecit lebih kencang agar suaraku seakan-akan mewakili gairah liar untuk membantu dia memuncak tajam.
Untung saja dia setuju, maka ketika beberapa gaya dilakukan, dia mengikuti irama dengan baik.
Yes, berhasil.
Dalam diam, aku berhasil menghantarkannya menuju puncak. Aku tak bekerja.

Kubereskan seluruh pretelan bra dan celana dalamku, duduk di kursi lantas kuambil novel sambal kutenggak segelas kopi pahit. 


Kamu yang mengajarkanku bahwa dalam pahit terkadang ditemukan kejujuran.

#BandungMaret

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun