Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jujur yang Tak Tersampaikan

16 Agustus 2018   04:52 Diperbarui: 16 Agustus 2018   13:24 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Babak baru telah dimulai, segala yang tertahan sudah aku buang. Sepertinya aku akan berjalan tanpa beban saat ini.

Malam ini tanpa terasa aku sudah mulai terlelap di jam bukan biasanya, padahal masih banyak hal yang akan aku lakukan. Entah karena efek dari terbuangnya beban atau mungkin aku sendiri sudah sangat lelah tanpa aku sadari. 

Aku baru ingat, aku baru saja menjadi seorang Rossi, tanpa sadar aku besut kecepatan motorku mengikuti sang penantang. Baru kali ini aku ambil jalan kanan di jalan berlereng tanpa lampu di malam yang saat itu aku rasa tak bersahabat, dan aku berhasil menjadi juara, sang penantang menghilang. Janganlah kau coba tantang aku, kau tidak tahu aku siapa, aku bisa jadi siapa saja saat pikirku tak terkendali. Tapi aku lega dengan menjadi Rossi sesaat, artinya aku melupakan bahaya yang mengintai, aku fokus untuk tiba lebih cepat dari sang penantang dan berharap sang pemilik alam menjagaku dengan baik. 

Aku perhatikan jalanan, aku ingin menepi sejenak untuk hanya sekedar menyampaikan pesan tak terkirim yang sedari tadi sungguh mengganjal hati ini. Aku putuskan malam ini, aku harus sampaikan. Apapun yang akan terjadi aku tak peduli. Toh bukannya aku sudah biasa sendiri. Aku tak berharap banyak tapi perasaan yang berkumpul ini tidak mungkin aku simpan terus, berat luar biasa yang aku rasakan.

Benci kali ini aku rasanya, kenapa aku harus merasakan. Seistimewa apa sang penakluk aku tak pernah tahu. Yang aku tahu dia berhasil mengisi nyawaku yang telah hilang. Mungkin bila didengar sungguh sangatlah banyak kebohongan, tidak. Kau sungguh sangat berarti.

Bukan bungkus yang aku puja, tapi tatamu yang tersampaikan yang telah menghipnotisku dalam sekejap. Kalau kau menganggapku aneh, tak masalah. Yang aku tahu, rasa ini kembali setelah bertahun-tahun lamanya menghilang.

Kalau kau menganggapku tak mengenalmu, tak masalah. Aku tak perlu melakukan itu, Mukadimahmu sudah cukup untuk aku memujamu. 

Aku tak perlu terlalu jauh untuk mengetahui, karena aku pun tak mau menyakiti manusia lain. Jangan menjadi hina karena butanya mata.

Satu malam aku pernah bersujud, meminta pada-Nya. Apa Dia menyiapkan kehidupan baru untukku?. Aku tidak memintamu, yang aku minta pada-Nya aku ingin menjadi wanita yang dihargai, cukup rasanya aku menjadi bukan aku, kalau Engkau mengijinkan, biarlah manusia lain yang menyakitiku lebih dulu, biar buah sakit itu yang memberiku jalan untuk aku dapat tersenyum.

Mungkin bukan kau jawabnya, tapi kadang aku ingin kau jawabnya. 

Maaf bila aku lancang. Pemujaanku menjadi berlebih. Kali ini aku berbohong padamu. Aku sudah cinta kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun