Blessssss....
Seketika aku tersadar bahwa filosofi aku selama ini salah. Aku yang menganggap aku terlalu kuat untuk bersedih, tiba-tiba membutuhkan sandaran untuk berbagi. Aku yang menganggap aku terlalu hebat untuk menangis, tiba-tiba membutuhkan pelukan untuk bercerita dan aku yang menganggap aku memiliki benteng yang kuat, tiba-tiba lunglai tak berpondasi.
Angkuhnya aku dalam merasa tak sebanding dengan lepasnya sangkar yang menguntit. Polesan adat yang selama ini ditanamkan tak kuat aku jaga rupanya. Aku kalah.
Kehadiran si Ndul yang selalu menatap mataku lekat-lekat, tak bisa aku hindari untuk aku meneruskan dusta. Kamu berhasil Ndul, caramu meyakinkan aku, berhasil membuat aku mengeluarkan yang selama ini membuat seret kerongkonganku. Aku cape.
Tertawa dalam drama, menghina dalam kecut berhasil aku patenkan selama ini. Tak seorangpun tahu, bahwa ada tangis yang terbendung yang tak boleh menetes sedikitipun. Karena dengan menjaga aku yakin dapat menjadi ratu yang tak terkalahkan.
Lagi lagi aku salah, titik jenuh sudah mendekat. Si Ndul benar, aku bukanlah wanita manis berpredikat baik, celah berontak sedikit tersingkap. Aku lelah.
Si Ndul tak bergeming saat aku bertanya, "Ndul,apa aku salah kalau aku ingin terbang sebentar saja?"Â
"Apa aku nda boleh, berlari sebentar tanpa bayang?" sebentar saja ko Ndul, ntar balik lagi ....
Si Ndul akhirnya jawab, "BOLEHHHHH"
Saat Ndul mangap sedikit, tanpa perintah aku teruskan bercerita. Rasa-rasanya karat keran air mataku sudah melonggar.
Monggo, Ndul kamu bebas menyematkan label apa saja sekarang. Aku nda peduli.