Mohon tunggu...
Cicilia Ika Mayawati
Cicilia Ika Mayawati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pembelajar

If you are planning for a year, sow rice. If you are planning for a decade, plant trees. If you are planning for a lifetime, educate people. (A Chinese Proverb that I do agree)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali Karakteristik, Potensi Perkembangan, dan Potensi Konflik di Usia Anda Berdasarkan Teori Erik Erikson

26 November 2021   20:17 Diperbarui: 26 November 2021   20:26 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

The more you know yourself, the more patience you have for what you see in others. (Erik Erikson)

Di usia kita saat ini, tahap perkembangan apa yang seharusnya tengah kita alami?  Potensi konflik/kemunduran apa yang mungkin muncul di usia kita saat ini dan bagaimana agar potensi konflik/kemunduran di tahap usia kita dapat kita minimalkan? Lalu bagaimana cara kita sebagai orang tua maupun pengajar dalam memberikan stimulus bagi anak kita sesuai tahap perkembangannya?

Rentang usia manusia ternyata dibedakan dalam beberapa tahapan dimana tiap-tiap tahapan memiliki karakteristik dan potensi, baik potensi perkembangan maupun potensi timbulnya konflik/kemunduran. Dengan bertambahnya usia, manusia akan mengalami perubahan perkembangan baik fisik maupun psikologis akibat interaksinya dengan lingkungan sekitar.

Erik Homburger Erikson, seorang pakar psikologi perkembangan dan psikoanalis berkebangsaan Jerman  dengan teori perkembangan psikososial nya menjelaskan 8 tahapan perkembangan manusia selama rentang kehidupannya. Masing-masing tahapan terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, melainkan suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi. 

Berikut adalah 8 tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

1. TRUST (Kepercayaan) vs MISTRUST (Kecurigaan) / Tahap Membangun Kepercayaan (Usia 0 -- 18 bulan)

  • Tahap ini sangat dipengaruhi oleh ibu atau pengasuh yang menemani anak sehari-hari.
  • Anak belajar mengenali apakah dunia sekitar aman dan bisa dipercaya atau tidak.
  • Saat orang tua atau pengasuh memberikan kebutuhan  anak dengan cara yang konsisten dan penuh perhatian, maka anak akan merasa aman dan  belajar untuk mempercayai dunia dan orang-orang di sekitarnya.
  • Sebaliknya, jika pengasuh gagal memberikan perawatan dan cinta yang memadai, anak akan merasa bahwa mereka tidak dapat mempercayai atau bergantung pada orang dewasa dalam hidup mereka.
  • Ketika anak mencapai keseimbangan, mereka memperoleh HOPE / harapan, yang digambarkan Erikson sebagai keterbukaan terhadap pengalaman yang ditempa oleh beberapa kewaspadaan bahwa bahaya mungkin ada.

2. AUTONOMY (Otonomi) vs SHAME & DOUBT (Perasaan malu dan ragu-ragu) / Tahap Membangun Otonomi (Usia 18 bulan -- 3 tahun/Early Childhood)

  • Anak mulai mengembangkan otonomi diri  yaitu mencoba melakukan sesuatu secara mandiri.
  • Proses stimulasi kemandirian seperti toilet training, makan minum sendiri, berpakaian, memilih dan bermain sendiri menjadi stimulasi krusial anak untuk mengembangkan kontrol dirinya.
  • Jika kemandirian anak dan kontrol dirinya berkembang, anak bisa mengatasi rasa malu dan keraguan akan kemampuannya

3. INITIATIVE (Inisiatif) vs GUILT (Kesalahan) / Tahap Berinisiatif (Usia 3 -- 5 tahun/Preschool Age)

  • Anak mulai mencoba dan mengembangkan inisiatifnya terutama inisiatif untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap hal-hal di sekitarnya.
  • Apabila anak terfasilitasi rasa keingintahuannya maka anak akan mampu mengembangkan kepercayaan diri untuk berinisiatif.
  • Sebaliknya, apabila pola asuh maupun keingintahuan anak tidak terfasilitasi dengan baik, dan anak sering mendapat larangan/kritikan maka anak akan cenderung merasa bersalah dan berdiam diri demi menghindari kesalahan sikap maupun perbuatan.

4. INDUSTRY (Kerajinan) vs INFERIORITY (Inferioritas) / Tahap Merasa Mampu (Usia 6-11 tahun/school age)

  • Anak mulai berinteraksi dengan temannya di sekolah dan mulai menjalani kegiatan belajar yang lebih formal.
  • Anak mulai mengembangkan rasa bangga, mampu memahami/melakukan, dan mencapai prestasi dengan kemampuan mereka.
  • Anak-anak perlu mengatasi tuntutan sosial dan akademik yang baru.
  • Keberhasilan, apresiasi, berbagai bentuk dukungan dan dorongan akan memupuk rasa mampu seorang anak (menghasilkan kompetensi).
  • Kegagalan, tidak adanya dukungan atau apresiasi yang dibutuhkan anak akan menimbulkan perasaan rendah diri.

5. IDENTITY (Identitas) vs CONFUSION (Kekacauan Identitas) / Tahap Membangun Identitas (usia 12 -18 tahun)

  • Anak mulai membangun identitas dirinya dan mengeksplorasi perilaku, peran, dan identitas yang berbeda. Mereka bertanya-tanya dan mencari jawaban untuk pertanyaan: siapa saya?
  • Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.
  • Para remaja yang menemukan rasa identitas akan merasa aman, mandiri, dan siap menghadapi masa depan, sementara mereka yang tetap bingung mungkin merasa tersesat, tidak aman, dan tidak yakin akan tempat mereka di dunia.
  • Itulah sebabnya, penting bagi orangtua dan orang dewasa memberikan dukungan yang agar anak bisa menemukan identitas dirinya dengan nyaman dan aman.

6. INTIMACY (Keintiman) vs ISOLATION (Isolasi) / Tahap Menjalin Kedekatan (Usia 19 -40 tahun/young adult)

  • Seseorang mulai berfokus pada pembentukan hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain.
  • Erikson yakin bahwa penting bagi seseorang untuk mengembangkan hubungan yang dekat dan berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil pada langkah ini akan membentuk hubungan yang langgeng dan aman, mengalami cinta dan menikmati keintiman. Sebaliknya, mereka yang gagal membentuk hubungan yang intim dengan orang lain bisa merasa terisolasi dan sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun