Mohon tunggu...
Chusnul C
Chusnul C Mohon Tunggu... Peneliti dan penulis lepas

Seorang peneliti dan penulis lepas, menyukai isu lifestyle, budaya, agama, sastra, media, dan pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rekonsiliasi, Taubat Nasional dan Pendinginan Alam

23 September 2025   20:10 Diperbarui: 24 September 2025   17:48 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Adat Ammatoa Kajang, Bulukumba (Sumber: dok.pribadi/Kredit Foto)

Kondisi demikian membuat masyarakat menjadi tegang, dan masih penuh dengan amarah dan menjadi trauma kolektif meski beberapa tuntutan rakyat seperti pemecatan anggota DPR dan pengurangan tunjangan telah dipenuhi DPR (Inews.com, 5/9).

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (Sumber: Jakartapost/Kredit Foto)
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (Sumber: Jakartapost/Kredit Foto)

Menanggapi situasi yang mencekam, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, sebagaimana dikutip dari Swara.com (5/9), mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan taubat nasional sebagai bentuk refleksi bersama atas berbagai persoalan yang sedang terjadi.

Kardinal Suharyo mengatakan bahwa Bangsa Indonesia perlu mengakui kelemahan dan kesalahan baik dalam ranah eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Ia menambahkan, cita-cita bangsa menuju Indonesia Emas 2045 bisa tercapai jika bangsa ini mau jujur, dan berbenah dengan kesungguhan hati.

Taubat nasional ini tidak sekadar seruan moral, namun gerakan membangun teologi publik yang berpihak dan mendukung kepentingan bersama.

Menurut Kardinal Ignatius Suharyo, taubat nasional diperlukan sebagai sebuah permulaan kesadaran kolektif yang mulai terbangun. Dan taubat nasional ini bisa dimulai dari presiden sebagai pemimpin negara, dan diikuti oleh keseluruhan masyarakat Indonesia dengan cara masing-masing sesuai dengan agama dan kepercayaan.

Konsep Mendinginkan Alam dalam Masyarakat Adat Ammatoa

Perempuan Adat Ammatoa Kajang, Bulukumba (Sumber: dok.pribadi/Kredit Foto)
Perempuan Adat Ammatoa Kajang, Bulukumba (Sumber: dok.pribadi/Kredit Foto)

Masyarakat Adat Ammatoa yang terletak di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan dikenal sebagai kelompok adat yang sangat peduli terhadap kelestarian alam.

Peter Yeung dalam artikelnya "The World's Best Rainforest Guardians Already Live There" (1/5/2023) menyebut Komunitas Adat Ammatoa sebagai pelindung hutan. Ia menyebut bahwa gaya hidup komunitas adat Ammatoa merupakan kunci untuk melindungi hutan.

Dalam konteks Indonesia, Komunitas Adat Ammatoa merupakan salah satu komunitas adat yang terkuat ditinjau dari sosial, politik dan budayanya serta kemampuannya dalam menjaga kelestarian alam yang didasarkan pada tradisi lisan Pasang ri Kajang (Muur, 2018, rainforestjournalismfund.org).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun