Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kawasan Kepurbakalaan Padang Lawas, Tempat Wisata bagi Pencinta Budaya

23 Juli 2019   00:18 Diperbarui: 23 Juli 2019   00:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang Padang Lawas, ingatan kita langsung tertuju pada sebuah bangunan-bangunan batu bata yang dibangun pada masa lalu. Setidaknya itulah ingatan banyak orang yang ada di Sumatera Utara. Ya... memang benar. 

Padang Lawas yang dulu masuk Kabupaten Tapanuli Selatan ini, kini menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara. Kedua wilayah tersebut merupakan area luas yang berada di pinggiran Sungai Barumun dan Sungai Batang Pane, yang mana di kawasan tersebut banyak ditemukan tinggalan-tinggalan arkeologi, terutama pada masa Hindu-Buddha.

Beberapa tinggalan Hindu-Buddha tersebut umumnya berupa bangunan-bangunan candi, atau masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan sebutan Biara. Biara-biara tersebut kondisinya ada yang cukup baik, namun sebagian besar masih banyak yang berupa tanah-tanah gundukan yang belum dieksploitasi oleh para arkeolog. 

Namun dari sebagian bangunan biara yang sudah ada, setidaknya sudah bisa dinikmati oleh masyarakat setempat dan bisa atau seharusnya sudah bisa dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat. Bagi para pencinta budaya atau masyarakat umum yang ingin berwisata ke kawasan tersebut, beberapa bangunan candi atau biara ini bisa menjadi pilihan.

Biara Tandihat 1

Biara Tandihat 1 ini terletak di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas. Biara Tandihat 1 saat ini sedang dilakukan pemugaran oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh. Kondisi bangunan inti cukup baik, walaupun masih banyak gundukan-gundukan batu bata yang harus dieksploitasi lagi. 

Biara Tandihat 1 ini sekelilingnya berupa hamparan luas dengan pagar kawat keliling. Tanaman sawit juga tumbuh subur di sekitaran percandian selain juga area persawahan. Tidak jauh dari Biara Tandihat 1, sebenarnya masih ada Biara Tandihat 2 dan Tandihat 3 namun kondisinya hanya tinggal reruntuhan dan gundukan. 

Sangat disayangkan, akses jalan menuju lokasi biara Tandihat 1, 2, dan 3 ini masih sangat memprihatinkan. Jalan beraspal hanya terpaut 1 km, sisanya berupa jalan tanah yang apabila hujan datang maka akan muncul beberapa genangan-genangan air. Akses pendukung lainnya juga kurang tersedia, bahkan papan penunjuk arah dari jalan lintas Gunung Tua-Sibuhuan juga tidak ada. Tentunya hal ini akan sangat menyulitkan pengunjung yang pertama kali datang dan mencari lokasi tersebut. 

Biara Sipamutung

Biara Sipamutung ini terletak di Desa Siparau, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas. Kondisi bangunan inti cukup baik, memiliki beberapa bagian candi, seperti pagar keliling, candi induk, candi perwara, dan mandapa. Biara Sipamutung ini sekelilingnya berupa hamparan luas dengan pagar kawat keliling. Tanaman sawit juga tumbuh subur di sekitaran percandian selain juga area persawahan. Di sekitaran biara masih banyak ditemukan tanaman buah Balaka, tanaman yang merupakan ciri khas dari kawasan Padang Lawas.

Akses jalan menuju lokasi biara Sipamutung ini bisa dikatakan cukup baik. Dari Binanga, pengunjung bisa langsung masuk ke jalan aspal menuju lokasi. Sampai di pinggiran Sungai Barumun, apabila pengunjung membawa kendaraan roda 4, maka harus berhenti dan beralih ke roda dua atau bisa berjalan kaki menyeberangi sungai tersebut. Setelah menyeberangi sungai, pengunjung berjalan kaki melewati rumah-rumah penduduk, lalu kebun karet dan sawit sebelum sampai ke lokasi. 

Biara Sipamutung/Dokpri
Biara Sipamutung/Dokpri

Biara Bahal 1

Apabila di Kabupaten Padang Lawas terdapat Biara Tandihat 1,2, 3, dan Sipamutung, maka di Kabupaten Padang Lawas Utara terdapat Biara Bahal 1, Bahal 2, dan Bahal 3. Ketiga Biara tersebut terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas. Tidak jauh dari Jembatan sungai Batang Pane, terdapat akses masuk beraspal menuju lokasi percandian tersebut. Terdapat papan menunjuk arah di pinggiran jalan lintas Gunung Tua-Sibuhuan meskipun papan tersebut sudah berkarat dan tidak begitu terlihat lagi. 

Sesampai di lokasi Biara Bahal 1, pengunjung dikenai biaya masuk sebesar Rp. 4000,-. Kondisi biara ini sudah sangat baik, meskipun beberapa akses pendukung masih banyak yang harus dibenahi lagi. Beberapa temuan hasil penelitian (ekskavasi) Bahal 1, 2, dan 3 sebagian besar masih disimpan di dalam werkit diantaranya arca-arca, batubata, pecahan tembikar dan keramik. 

Pengunjung Biara ini bisa dikatakan sangat banyak terutama ketika akhir pekan atau liburan. Namun sangat disayangkan, kesadaran pengunjung dalam membuang sampah masih sangat minim, hal ini terlihat begitu banyak sampah berserakan di area biara. Kurangnya tempat sampah juga bisa menjadi pemicu buang sampah sembarangan. Selain itu toilet dan mushola juga masih menjadi perhatian agar pengunjung bisa nyaman untuk berwisata ke lokasi tersebut. 

Biara Bahal 1/Dokpri
Biara Bahal 1/Dokpri

Biara Bahal 2

Tidak jauh dari Biara Bahal 1, terdapat biara Bahal 2 yang tidak kalah eksotiknya. Biara yang juga memiliki hamparan luas ini kondisinya juga sudah baik sehingga pengunjung bisa nyaman untuk berwisata ke lokasi tersebut. Berbeda dengan Bahal 1, di Biara Bahal 2 ini tidak dikenai biaya masuk lokasi sehingga banyak pengunjung yang akhirnya justru berwisata ke biara ini dibandingkan dengan Biara Bahal 1. 

Biara Bahal 3

Biara ini merupakan biara ketiga setelah kita mengunjungi Bahal 1 dan Bahal 2. Lokasinya yang juga di pinggiran jalan beraspal ini, kondisinya masih sangat baik. Sekelilingnya berupa hamparan luas, dengan area persawahan dan kebun sawit. Masih juga terlihat kerbau-kerbau yang sedang digembala. Keindahan biara ini akan semakin indah apabila dinikmati saat sore hari menjelang magrib.

Biara Bahal 3/Dokpri
Biara Bahal 3/Dokpri

Masih banyak biara-biara lainnya yang masih harus dieksploitasi lagi oleh para peneliti dan arkeolog sehingga pada hilirnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas baik untuk destinasi wisata ataupun untuk kepentingan akademik. Seharusnya biara-biara yang sudah ada tersebut juga menjadi perhatian pemerintah setempat sebagai ikon wilayah mereka. Dengan mengembangkan fasilitas-fasilitas pendukung, keindahan biara-biara ini akan semakin terlihat eksotik dan tentunya makin bisa dikenal serta dinikmati masyarakat luas. 

Salam Literasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun