Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berawal dari Rumah

29 Oktober 2020   20:31 Diperbarui: 5 November 2020   06:44 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Source Photo: ou.org 

Tapi ternyata, hal ini tidak baik untuk terus dibiarkan. Secara pribadi, saya semakin merasa terganggu. Tentu saja saya sangat sedih dan stres. Rasanya, tempat ini sudah tidak aman bagi saya. 

Kedua, saat memiliki atasan yang hanya bisa marah tanpa menunjukkan kinerjanya yang baik untuk bawahannya. Lagi, saya merasa tidak ada tempat untuk saya berlindung disini. 

Untuk orang yang memiliki sikap 'bodo amat' di dalam hidup terhadap sesuatu yang tidak berguna bagi dirinya, mereka akan dengan sangat mudah menghakimi saya karena terlalu berlebihan dalam menyikapi suatu hal. 

Tapi, bagi orang seperti saya yang sangat pemikir, hal ini tentu saja sangat menggangu. Berita buruknya, hal-hal semacam ini pun membuat saya sempat jatuh sakit selama berhari-hari. 

Hal yang saya takutkan adalah bahwa saya terserang virus, tapi ternyata setelah melakukan berbagai macam check-up, tak ada satu pun virus yang menyebabkan saya sakit selama berhari-hari. Kata dokter, "Saya juga bingung ada apa dengan kamu, apa mungkin kamu kurang bahagia? Kamu ada masalah di tempat kerja?" 

Pernyataan dan pertanyaan dari dokter lalu membuat saya tersentak. Setibanya di kamar, saya lalu menangis sejadi-jadinya dan menyadari beberapa hal. 

Pertama, hidup ini memang tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Hidup ini akan jauh lebih indah karena adanya masalah. Bayangkan jika tidak ada masalah di kehidupan, pastinya tidak seru karena terlalu monoton. Apa yang membuat hidup ini seru karena adanya masalah dan jalan keluar yang semesta berikan untuk kita lalui. 

Kedua, meski saya berusaha baik, berusaha menyenangkan semua orang, tapi ada hal yang saya harus sadari, bahwa ekspektasi saya tidak boleh terlalu tinggi untuk menerima kembali hal-hal baik yang telah saya berikan kepada individu lainnya. 

Tetap berbuat baik, itu perlu dan harus. Wajib hukumnya. Tapi untuk berharap menerima kebaikan yang sama dari orang lain, sebaiknya jangan. Biarkan Tuhan saja yang membalas perbuatan kita menurut pandangan-Nya. Lalu, jika suatu saat kita menerima perlakuan yang buruk dari orang lain, terima dan jalani saja, kembali pada poin pertama bahwa masalah itu membuat hidup menjadi semakin seru. 

Ketiga, pahami bahwa semua orang bisa jadi bos/atasan, tapi tidak semua orang bisa memiliki jiwa pemimpin. Ya, semua orang tentu bisa berusaha dengan segala cara untuk berada di posisi atas, untuk menjadi bos. 

Karena tentu saja, saat kamu menjadi bos/atasan, kamu punya kekuasaan itu, kamu punya hak untuk melakukan apa saja seturut dengan kehendakmu. Tapi, apakah dengan begitu kamu bisa dikatakan pemimpin yang baik? Karena pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu mengajar, mengayomi, dan menjadi teladan bagi siapa pun, terutama bagi bawahannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun