Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perjuangan Mahasiswi Kelas Karyawan

10 Oktober 2019   15:05 Diperbarui: 12 Oktober 2019   10:20 3897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source :  shutterstock.com

Menjalani dua hal secara bersamaan bukanlah hal yang mudah. Seperti yang sedang saya jalani saat ini, bekerja sambil berkuliah. Banyak sekali rintangan dan konsekuensi yang harus saya hadapi, juga konsistensi untuk menjalani keduanya.

Bekerja sambil berkuliah tidak sekeren yang kalian lihat, butuh mental dan fisik yang kuat agar keduanya bisa dijalani secara bersamaan. Namun, demi menggapai cita-cita, saya berani mengambil keputusan ini karena saya sadar bahwa pendidikan adalah harta yang tidak akan ada habisnya.

Saya adalah seorang karyawan swasta yang sudah bekerja selama 9 bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk berkuliah. Karena sudah menjadi seorang karyawan, tentunya waktu sudah habis dengan kerjaan-kerjaan yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, saya tidak bisa masuk kelas reguler seperti perkuliahan biasanya.

Setelah tabungan sekiranya cukup untuk melakukan pendaftaran, saya mulai mencari kampus yang memiliki program kelas karyawan (Kelas Eksekutif atau Kelas Malam) dan akhirnya melakukan pendaftaran di salah satu kampus swasta ternama di Jakarta Selatan.

Saya mengambil program studi Akuntansi Manajemen karena keinginan keluarga besar, walaupun jauh di lubuk hati yang terdalam saya sebenarnya ingin mengambil program studi Broadcast Jurnalism. 

Namun, karena berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih jurusan yang sekarang dan mencoba menjalaninya. Saya selalu berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa kedua hal ini bukan tak mungkin bisa dilakukan.

Beruntung, kampus dimana saya menempuh pendidikan ini menyediakan kelas di akhir pekan selama 7 jam tanpa jeda atau istirahat. Setidaknya, di hari kerja saya bisa fokus dengan pekerjaan dan tidak begitu lelah karena harus melanjutkan perkuliahan pada malam harinya.

Biaya yang saya keluarkan juga tidak begitu banyak seperti kelas reguler, karena kelas karyawan tidak membebankan biaya pembangunan dan ekstrakurikuler.

Ya, secara tidak langsung saya telah belajar banyak mengenai cara mengatur keuangan saya dengan baik. Mulai dari tabungan, biaya kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan sampai dengan biaya tak terduga, harus saya atur sedemikian agar terus dapat mencukupi kehidupan saya.

Rasa suka yang saya alami selama menjadi mahasiswi kelas karyawan antara lain, karena bertemu dan berkenalan dengan mahasiswa/i "dewasa" (cara berpikir dan cara bertindak) di atas mahasiwa/i reguler, walaupun tidak semuanya. Namun dengan keadaan tersebut, kelas menjadi lebih kondusif.

Teman-teman mahasiswa/i juga merupakan para karyawan dari berbagai macam perusahaan, ada yang bekerja di supermarket, sekolah, bandara, bank, perusahaan asing dan berbagai jenis perusahaan lainnya. Hal ini memudahkan kami saling bertukar informasi mengenai masalah masing-masing yang terjadi di tempat kerja bahkan bertukar loker (lowongan kerja).

Para dosen juga lebih mengerti dengan keadaan mahasiswa/i. Mereka tidak memberikan peraturan ketat mengenai kehadiran, namun tugas, UTS dan UAS yang memiliki pengaruh besar dalam penilaian. 

Tugas yang diberikan pun tidak begitu sulit dengan deadline yang cukup panjang, sehingga mahasiswa/i dapat berkomunikasi dengan cepat agar tugas tersebut dapat segera dikumpulkan.

Namun dukanya, secara fisik saya biasa merasa begitu lelah karena kurangnya jam istirahat. Bahkan tidak jarang, tanpa sadar saya meneteskan air mata saat perjalanan pulang. 

Saya harus pulang hingga larut malam di akhir pekan setelah mengikuti perkuliahan karena perjalanan yang panjang menggunakan transportasi seadanya, mengingat saya harus berhemat.

Mengenai tugas, walaupun deadline yang diberikan oleh dosen cukup lama, namun banyaknya tugas dari kantor juga memaksa saya harus "mencuri" waktu di sela kesibukan untuk mengerjakan tugas kuliah. Ya, saya dituntut untuk membagi dan mengatur waktu dengan baik.

Perjuangan menaklukan pekerjaan serta pendidikan di waktu yang bersamaan sudah saya rasakan selama beberapa bulan terakhir. Tapi di balik semua ini, saya begitu yakin bahwa akan ada banyak hal manis yang menanti di depan.

Secara tak langsung, kerja sambil kuliah mengajarkan saya akan pentingnya tanggung jawab. Sebagai mahasiswi dan karyawan dalam satu waktu menuntut saya harus tetap profesional dan totalitas dalam menjalankan keduanya.

Ada masanya saya merasa tak sanggup lagi dengan semua aktivitas yang membuat saya begitu lelah. Belum lagi dengan kerjaan di kantor dan tugas kuliah yang menumpuk. Tidak jarang saya jatuh sakit dan batin menahan perih karena harus berusaha sekeras ini.

Tapi, jika melihat lagi ke belakang akan seluruh perjuangan selama ini, terasa begitu sayang jika harus menyerah di tengah jalan. Sebisa mungkin saya memantapkan hati agar terus maju dan tak berhenti begitu saja. Mental saya sedang ditempa sedemikian keras agar menjadi kuat dan sekeras baja.

Teruntuk teman-teman seperjuangan dalam bekerja sambil berkuliah... 

Semangat semangat semangat!

Mari kita berjuang bersama!

Percayalah bahwa proses ini tidak akan mengkhianati hasil yang akan kita dapat di depan!

Jakarta, 2019.
Christie Stephanie Kalangie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun