Alhamdulillah kita telah sampai kepada hari yang Fitri, setelah sebulan penuh menunaikan kewajiban melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.
Bukan hanya ibadah puasa dengan menahan lapar dan dahaga serta syahwat saja, tetapi juga dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya yang mengikuti keberkahan yang terlimpahkan di bulan Ramadhan.
Seutuhnya, puasa itu sungguh adalah momentum yang mengajarkan manajemen pengendalian diri bagi kaum muslim. Artinya, seorang muslim yang berpuasa selalu memelihara diri dari pengaruh bisikan iblis sepanjang hari, baik siang maupun malam untuk menyempurnakan puasanya.
Seorang muslim yang berpuasa tidak mudah tergoda oleh makan, minum, dan urusan syahwat yang kalau diterjemahkan dalam kehidupan adalah kekayaan (harta), pangkat dan jabatan (tahta), dan syahwat yang kesemuanya merupakan kepentingan hawa nafsu manusiawi yang dapat merusak akidah.
Orang-orang yang beriman yang telah lulus ditempah melalui ibadah-ibadah Ramadhan, akan tampil sebagai orang-orang sabar, tabah menerima segala bentuk cobaan dari Allah SWT. Dan ikhlas mensyukuri segala apa yang diberikan oleh yang maha kuasa kepadanya.
Bukan hanya itu, seorang muslim yang telah lulus menjalankan ujian puasa, akan senantiasa mencintai dan menghargai sesama insan manusia, serta peduli kepada lingkungan sekitarnya.
Salah satu yang harus tersentuh hingga suci dengan kesadaran terhadap refleksi diri di bulan Ramadhan adalah hubungan dengan sesama manusia.Â
Dalam kehidupan sosial kita tentu tak terlepas dari khilaf dan salah, dalam tutur kata, sikap dan perilaku, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Disinilah peran puasa kita untuk merefleksikan diri atas segala kekhilafan-kekhilafan, dan kesalahan-kesalahan kita untuk memohonkan maaf atasnya.Â
Serta juga legowo dan ikhlas atas segala kekhilafan-kekhilafan, dan kesalahan-kesalahan orang-orang terhadap kita untuk memaafkannya.