Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perjuangan Mulia Ibu Penyapu Jalan yang Terabaikan

3 Februari 2024   15:42 Diperbarui: 10 Februari 2024   07:31 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai menunaikan shalat subuh di masjid, gerimis yang sejak tadi turun masih terus mengguyur dan belum juga ada tanda-tanda reda, bahkan justru semakin lebat. Tak sabar menunggu saya memilih untuk pulang, menembus hujan dengan berjalan kaki kebetulan jarak rumah saya dengan masjid tidak seberapa jauh.

Di jalan depan masjid dua orang Ibu yang sehari-harinya bekerja sebagai penyapu jalan sekaligus petugas kebersihan tampak sibuk bekerja, meski harus diguyur gerimis yang sedikit lebat.

Dengan perlengkapan pakaian biasa saja, hanya dilapis rompi orange (rompi proyek) tanpa jas hujan dan kepala mereka yang berhijab cuman ditutup pakai kantong kresek.

Dalam kondisi cuaca yang kurang bersahabat, orang-orang belum banyak yang beraktivitas, tetapi kedua orang ibu ini--satu berusia di bawah 40-an yang satunya tampak seperti sudah lansia--tetap serius dengan tugasnya tanpa memperdulikan kemungkinan mereka bisa sakit karena bekerja dalam cuaca demikian, padahal honor atau gaji mereka sebulan, pastinya tidak lebih besar dari gaji sehari petugas KPPS. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan aktivitas seperti demikian.

Masya Allah, gumamku dalam hati, terbersit rasa sedih melihat kesungguhan mereka dalam menjalankan tugasnya membereskan ceceran sampah-sampah yang berserakan, di saat orang-orang yang membuang sampah-sampah itu mungkin sedang mengutuk hujan yang menghambat aktivitas mereka atau bahkan masih terlelap dalam tidurnya.

Betapa mulia perjuangan Ibu-ibu ini, tetapi siapakah yang peduli? Bahkan mungkin yang mempekerjakan mereka juga tidak tahu apa dan bagaimana situasi yang mereka hadapi dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi dengan mereka yang dengan ringannya melempar sampah dari mobil mewah mereka. 

Kotaku, Kendari, adalah kota peraih Piala Adipura kategori kota sedang. Namun, meski begitu harus jujur saya akui bahwa kebersihan di kotaku belum timbul atau lahir dari perilaku bersih warga kotanya. Kebersihan itu masih harus diupayakan dengan kerja keras oleh pemerintah dan orang-orang yang peduli.

Sejak setahun lalu, pemerintah kota Kendari kembali menggalakkan kerja bakti bagi para ASN Pemkot Kendari, bahkan tahun ini kerja bakti yang tadinya setiap Jumat, kini malah ditingkatkan menjadi Selasa-Jumat. Dan ini bertujuan, lebih untuk menggugah kepedulian warga kota terhadap kebersihan dan keindahan lingkungannya.

Perilaku tak menjaga kebersihan sebagian besar warga bukan hanya terlihat di sudut-sudut kota, tetapi bahkan di depan wajah kota serakan sampah--yang seharusnya bisa diamankan dengan mudah - oleh warga, banyak yang dibuang sembarangan dan seenaknya, di jalan, di taman, bahkan di saluran drainase kota.

Sebenarnya sejak belasan tahun lalu, semenjak kota Kendari mencanangkan diri untuk menjadi kota bersih dengan tagline 'Kota dalam Taman' telah ada peraturan daerah tentang K3 (Ketertiban  Kebersihan, dan Keindahan), namun sayangnya ini tidak diindahkan oleh warga dan juga tidak berusaha ditegakkan dengan tegas oleh pemerintah kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun