Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menangkap Komplotan Copet

4 Juni 2021   00:07 Diperbarui: 4 Juni 2021   00:40 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Bintang top.com

Cerita ini kejadiannya sudah lama sekali. Parto sebut saja demikian namanya, baru saja pulang dari kerja. Parto naik bus kota dari terminal Wonokromo Surabaya, bus penuh sesak dengan penumpang, maklum saja saat itu jam pulang kerja.

Sejak mulai naik Parto sudah berhati-hati dengan copet yang kala itu cukup banyak beroperasi di bus-bus kota di Surabaya, dan situasi padat penumpang merupakan momen kesukaan para copet.

Para copet ini tidak bekerja sendiri, mereka punya kelompok dengan tugas masing-masing, ada yang bertugas mencopet lalu mengoper ke rekannya   yang bertugas membawa hasil copetan, bahkan ada juga yang bertugas sebagai pelindung jika ada aksi mereka yang ketahuan.

Kerja para komplotan copet itu sudah begitu terorganisir, sehingga kalau misalnya kita kecopetan jangan coba-coba mengejar, bisa-bisa kita jadi korban penganiayaan oleh komplotan copet.

Meski sudah berhati-hati, Parto kecolongan juga ia kecopetan di dalam bus, meski sebenarnya ia sempat merasa saat dicopet, tapi karena takut kepada komplotan copet yang ia tidak tahu siapa dan berapa banyak. 

Parto bersikap santai saja dan merelakan dompetnya yang berisi uang 75.000 yang terdiri dari lembaran uang 500 dan 100 rupiah, dompet Parto kelihatan tebal dan tentu saja disangka berisi uang yang banyak oleh para pencopet.

Tiba-tiba beberapa saat kemudian, Parto menangis sambil meraung-raung memegangi kantung celananya.

"copet, aku kecopetan, tolong uang dua juta di dompet itu buat biaya operasi anak saya" kata Parto sambil meraung dan membanting-banting kakinya seperti anak kecil.

Begitulah terus, Parto menangis seperti anak kecil sambil terus menyebut uang dua juta yang dicopet.

Para penumpang banyak yang iba pada Parto, kecopetan uang dua juta yang saat itu merupakan jumlah yang cukup besar, akhirnya sampai di tujuannya Parto pun turun tanpa membayar ongkos bus yang digratiskan oleh pak sopir karena merasa iba.

Tapi begitu sudah keluar dari bus kota, Parto berjalan sambil tersenyum dan bernyanyi-nyanyi kecil seperti kesenangan, tidak seperti saat di bus tadi. Seorang penumpang bus kota lain, yang tadi bersama Parto di bus kota, penasaran melihat perubahan sikap Parto, ia pun bertanya pada Parto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun