Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rezeki Itu Telah Pasti

10 Juli 2020   00:15 Diperbarui: 10 Juli 2020   00:12 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
topcareer.id (dok. Gosulut)

Malam telah larut, lantunan ayat suci yang dibacakan dengan hikmat masih terdengar dari kamar Syamsul, sudah lebih dari dua tahun ini Syamsul mondok di pasantren yang diasuh oleh ustadz Bachtiar. Ini malam terakhir Syamsul mondok, besok ia akan pulang, meski belum tuntas menuntut ilmu-ilmu agama.

Namun oleh Ustadz Bachtiar, Syamsul dianggap sudah cukup memperoleh ilmu untuk kebutuhan dirinya sendiri. Setelah menamatkan bacaan Al qur'annya, malam itu sudah dini hari, Syamsul duduk tafakur di hadapan Ustadz Bachtiar mendengarkan wejangan-wejangan sebagai bekal tambahan atas ilmu-ilmu agama yang telah diperoleh Syamsul.

Dari banyak wejangan yang diberikan oleh Ustadz, ada satu wejangan yang betul-betul ditekankan oleh sang guru, yakni persoalan rezeki.

"Syamsul ini penting untuk kamu ingat, rezeki itu sudah ditetapkan tidak akan kurang dan tidak akan lebih., apa kamu sudah mengerti ini ?" Ustadz Bachtiar berkata dengan lembut namun terdengar tegas bagi Syamsul.

Syamsul hanya mengangguk diam dan tetap menunduk takzim dihadapan gurunya. Syamsul merasa pesan ini sangat sederhana dan sebenarnya ia merasa sudah tahu dan mengerti, meski ia berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun dikeluarganya ia telah ditanamkan untuk tidak dipusingkan dengan masalah rezeki. Melihat Syamsul hanya mengangguk tanpa menjawab, Ustadz Bachtiar kembali mengulang pertanyaannya.

"Syamsul apa kamu sudah mengerti apa yang guru maksud ?. coba kamu jelaskan sedikit" kata Sang Guru dengan lembut, tapi bagi Syamsul terasa sangat tegas.

"Iya guru saya mengerti. Dalam rezeki itu harus ada rasa syukur karena sesungguhnya kita telah dicukupkan" Syamsul berkata lirih.

"Tahukah kamu Syamsul mengapa ini saya pesankan kepada kamu?" Ustadz Bachtiar berhenti sejenak sambil memandang Syamsul yang tetap tenang dan duduk takzim, begitu hormat pada gurunya

"Karena didalam kehidupanmu ke depan nanti, engkau akan berada ditengah-tengah orang yang menganggap rezeki itu adalah materi, dan mereka rela menjadi hambanya, baik dalam mencarinya maupun menjaganya" lanjut sang guru.

"Aku takut kamu ikut terjebak dalam perangkap harta. Karena rezeki itu sudah ditetapkan bagimu dan itu menjadi hakmu sebagai upah atas kewajibanmu sebagai hamba Allah", kembali sang guru melanjutkan wejangannya.

"Ingat tugas utamamu adalah melaksanakan seluruh kewajiban amaliahmu, dan mencari rezeki itu juga adalah kewajiban amaliahmu. Ingat itu !!!" kata sang guru sambil menepuk-nepuk pundak Syamsul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun