Ada suasana berbeda antara berbelanja antara saat masih berstatus gadis dengan setelah menyandang status emak-emak. Walaupun memang sekarang baru memiliki seorang anak yang sekarang 19 bulan, belum sampai 11 anak seperti igauan suami saya yang ingin bikin klub sepak bola.
Dulu saat masih gadis, selama masih tidak sibuk di kantor, akan lebih leluasa berpetualang dari satu toko ke toko lain, dan dari satu tempat dari tempat lain. Sekarang, kesempatan itu sudah menjadi hal asing.
Kenapa asing? Ya karena anak satu-satunya menuntut prioritas beda, karena ini manusia, dan dia butuh perhatian. Mendesakkan keinginan khas ibu-ibu yang kerap hanya mendadak bahagia dengan berbelanja, bisa saja berisiko mengorbankan kebahagiaan si kecil yang membutuhkan perhatian penuh ibunya.
Dalam dilema seperti ini, iya dong anak tetap harus dinomorsatukan. Bahkan lho ya, karena anak, suami pun terkadang terpaksa dinomorduakan karena anak. Syukur sih, sejauh ini suami terbilang demokratis. Terkadang dia mau turun ke dapur dari ngulek sampai dengan masak, saat si kecil sedang kumat manjanya di level maksimal dan tak mau lepas dari gendongan.
Itu lho ya, baru urusan dapur tak seleluasa yang terbayang di benak saya di masa remaja yang mengkhayalkan bisa memiliki asisten rumah tangga, dan bayangan indah lainnya. Masa remaja dengan masa menikah betul-betul terasa seperti sedang bermigrasi dari planet yang tenang penuh bunga masuk ke planet yang jauh lebih kompleks.
Tapi saat-saat si kecil manja pun mengingatkan saya ke diri sendiri di masa-masa sebelum menikah, terutama saat masih jadi orang kantoran ceritanya. Walaupun masih senang "mengelilingi dunia" atau mal ke mal, satu lokasi shopping ke lokasi lainnya, tapi ada juga kumat manjanya.
Jadi saat itu, belanja online tuh hanya untuk memenuhi keinginan memanjakan diri sendiri. Ketika pesanan datang, rasanya seperti menerima sebuah hadiah. Padahal saya sudah tahu isinya, tapi tetap saja ada sensasi perasaan senang yang sulit dijelaskan.
Suatu waktu, saya tergoda membeli satu sweater karena melihat model cewek Korea yang mengenakannya sangat mempesona di media sosial. Cantiknya model itu seperti menanjak naik berkali lipat dengan sweater yang dipakainya itu sampai lupa teori kalau kecantikan dari dalam jauh lebih penting daripada sekadar polesan dari luar. Gambar yang dipajang pemilik online shop betul-betul bikin ngiler. Jadinya, saya sudah tidak sabar menantikan sweater itu, berharap sedikitnya saya kecipratan lah mirip sama model mbak Korea itu.
Begitu semangatnya saya memesan, saya tidak terpikir untuk menanyakan detail spesifikasi sweater pesanan saya tersebut. Saya malah secepatnya lari ke ATM untuk transfer dengan harapan penjualnya pun bisa secepatnya mengirimkan pesanan saya. Dua tiga hari saya tunggu, kok kurir angkutan tidak ada yang mampir juga ya. Ketika saya tanyakan tentang pesanan saya ke penjual, dengan entengnya dia bilang, "Oiya sis maaf, barangnya baru dikirim besok ya biar sekalian sama yang lain". Jawaban itu sempat bikin saya mendadak ingin jadi kanibal (tuh kan ekstrem kan lamunan saya jadinya).
Tidak sampai disitu. Ketika pesanan saya tiba, kedongkolan saya makin bertambah dengan barang yang tidak sesuai dengan gambar! Sweater putih yang saya pesan berbahan tipis sehingga menerawang jika dipakai. Ekspektasi saya bisa bergaya bak model Korea sirna sudah. Yang ada, lamunan ingin jadi kanibal mendadak muncul lagi.
Jadi bukan mengada-ada jika melongok situs UANGKU disebutkan ada 26 persen konsumen Indonesia adalah korban penipuan online. Walaupun, yang saya alami dulu tuh memang tak sepenuhnya tertipu yang gimana banget, karena ada kesalahan saya juga yang tidak nanya-nanya dulu, tapi tetap saja "tertipu" karena ekspektasi dengan realita jauh banget.
Berbekal pengalaman tersebut, kini saya lebih selektif dalam memilih penjual online shop. Walaupun sejak kekecewaan saat itu, lebih sering hanya belanja buku-buku saja dari online shop. Saya yakin, masih ada online shop terpercaya yang bisa dijadikan partner dalam bertransaksi jual beli yang sehat.
Tapi begitu, masih ada satu hal lagi yang masih menjadi kegalauan adalah proses pembayaran transaksi.
Masih ada keraguan dari pihak saya sebagai pembeli ketika mentransfer uang ke rekening penjual. Mungkin juga di pihak penjual ada hal serupa karena marak saya dengar belakangan banyak bukti transfer palsu berupa editan. Pembeli mengedit gambar begitu rupa, sehingga terkesan dia sudah membayarnya. Ini jelas merugikan penjualnya, kan ya.
Meski posisi saya sendiri sebagai pembeli, saat mendengar beberapa teman yang memang membuka toko online ditipu calon pembeli, ya sedih juga. Bagaimanapun, sebagai manusia sih ya (bagi saya, yang harus dicatat baik pembeli dan penjual itu sama-sama manusia), maunya jangan ada yang ditipu dan menipu.
Faktanya memang banyak sekali praktik penipuan. Gara-gara para penipu itu muncul rasa saling tak percaya di kalangan pembeli yang memang betul-betul ingin membeli, dan penjual yang memang betul-betul mengandalkan mata pencaharian dari berjualan.
Syukur sih ada UANGKU, karena mereka memberi garansi yang bisa dibilang ekstrim, jika pesanan tidak dikirim maka uang akan dikembalikan 100 persen! Itu yang bikin aplikasi ini lebih meyakinkan, aman bagi penjual dan juga aman bagi pembeli. Itu kan ya di antara hal terpenting kalo bicara transaksi online.
Kenapa pihak UANGKU bisa memastikan akan mengembalikan uang pembeli 100 persen jika barang tidak dikirim, karena mereka ternyata dijamin melalui Buyer Protection. So, gak berlebihan kalo aplikasi ini memakai jargon The safest and simplest payment for social shopping atau pembayaran paling aman dan paling mudah untuk belanja online.
Selain itu juga mereka pun memiliki sederet merchants yang memang layak masuk kategori online shop terpercaya yang memang sudah saya buktikan sendiri.
Aplikasi mobile wallet terbitan PT. Smartfren Telecom ini juga membantu kita tidak serepot belanja online biasanya. Sebab mereka menawarkan kemudahan transaksi pembayaran dalam berbelanja online dengan meluncurkan fitur dengan nama Shopping Payment Request UANGKU.
Cara kerjanya adalah dengan meng-keep pembayaran yang sudah kita bayarkan ke penjual sebelum barang pesanan kita diterima. Aplikasi UANGKU bisa diunduh dari Google Play atau App Store dari smartphone.
Kok saya begitu yakin sekali ngebicarain aplikasi ini? Itu sih gak lepas dari wanti-wanti suami, "Download doang gak akan bikin lu tahu jauh tentang makhluk apa itu UANGKU, ya mending lu buktiin saja sekalian sono!" (Pesan seperti ini dari suami terasa lebih syahdu daripada puisi Rangga ke Cinta di AADC kan, ibu-ibu?). Jadilah setelah nge-download, lari dulu ke ATM yang terdekat dengan rumah, dan mengisi saldo lebih dulu (top up).

● Tunai
Tinggal datang ke galeri Smartfren, temui customer service dan minta tolong untuk top up akun UANGKU. Bayarkan sesuai nominal yang hendak kita simpan, dan bebas biaya administrasi loh hehe.
● Transfer
Cara ini bisa dilakukan melalui ATM, Mobile Banking dan Internet Banking. Pada aplikasi UANGKU, dijelaskan secara jelas dan mendetail langkah-langkah dan nomor rekening tujuan. Adapun bank yang dijadikan partner adalah Bank Sinarmas. Adapun batasan untuk top up adalah Rp. 1.000.000,- untuk akun reguler dan Rp.10.000.000,- untuk akun premium. Akun reguler kita dapat diupgrade menjadi akun premium dengan cara mendatangi Customer Service di galeri Smartfren dan membawa fotocopy kartu identitas.
Setelah bolak-balik scroll sana sini instagram online shop yang mendukung fitur Shopping Payment Request dari UANGKU, saya tertarik pada sebuah cardigan di salah satu online shop Dee Hijab.
Ngalor ngidul, lalu dilakukanlah transaksi. Dee Hijab mengirimkan Payment Request UANGKU sejumlah yang harus saya bayarkan, yang disampaikan pihak UANGKU melalui SMS.
Setelah saya klik tombol 'Pay' di aplikasi UANGKU, maka penjual mendapat notifikasi bahwa saya telah membayar sejumlah yang ditagihkan. Esoknya saya menerima sms notifikasi bahwa barang pesanan saya telah dikirim oleh pihak Dee Hijab lengkap dengan nomor resi pengiriman. Keesokan harinya saya sudah menerima kiriman paket dan...

Sehabis bayar terasa lebih tenang, setelah terima pesanan terasa lebih senang. Lebih-lebih saat pintu rumah diketuk, dan kurir yang mengantarkan barang datang, dengan bingkisan tepat seperti pesanan, bikin degdegan gimana gitu, ya hehe. Gitulah, jadinya setelah download, top up, saya jadi tahu langsung seperti apa aplikasi ini. Memang memudahkan, walaupun belakangan sangat banyak start up yang terlihat menyediakan aplikasi yang mirip-mirip ini, tapi inilah yang sejauh ini terasa lebih meyakinkan karena sisi KEAMANAN itu tak mudah didapatkan dari lapak lain. So, tunggu apa lagi? Keep calm and shop online with UANGKU!***
FACEBOOK: https://www.facebook.com/christinemariskaa
TWITTER: https://twitter.com/chriztn
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI